EDITORIAL

‘Gantung Diri di Monas’

Ibarat permainan sepak bola, lawan Anies Baswedan sudah melakukan gol bunuh diri. Bukan sekali, tapi berkali-kali.

Serangan-serangan lawan, belum mampu membobol gawang Anies. Bola malah masuk gawang sendiri alias gol bunuh diri.

Padahal, tim penyerang ini bukan pemain lokal. Tetapi pemain borongan. Ada yang dari Depok, Bogor, bahkan ada pula yang dari Bandung. Asyik sekali orang-orang luar Jakarta itu bermain di Ibu Kota.

Terbaru, soal revitalisasi Monas. Serangan bertubi-tubi. Mulai dari serangan PSI soal status kontraktor yang mereka tuduh abal-abal, hingga soal pohon. Bukan hanya PSI, serangan juga datang dari barisan pemerintahan sendiri. Mensesneg, Menteri PUPR hingga Menteri LHK.

Dari legislatif tak kalah garangnya. Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, dengan lagaknya melakukan inspeksi mendadak (sidak) lalu menebar ancaman: mau melaporkan Gubernur ke polisi hingga KPK. Ketua DPR Puan Maharani bahkan turut komentar: hentikan revitalisasi Monas, kembalikan seperti aslinya. Paling lucu, serangan salah politisi Banteng di DPRD DKI Jakarta. Dalam wawancara di sebuah stasiun televisi, dia bilang kalau pohon besar di Monas tak dapat dipindahkan. Wah, kurang jauh ini mainnya….

Menghadapi serangan bertubi-tubi dari berbagai lini, Anies nampaknya berhitung. Sama sekali dia tak mengeluarkan komentar. Sebegitu genting serangan. Baik melalui media konvensional, maupun melalui akun media sosial yang dikelola. Tak ada komentar. Bahkan hingga DPRD DKI dan Setneg meminta proyek revitalisasi dihentikan, Anies belum juga komentar.

Serangan yang paling mudah dipatahkan dengan satu komentar atau menunjukkan sebuah foto saja, tak dijawab oleh Anies. Seperti serangan Menteri PUPR, yang seolah ‘menasihati’ jika revitalisasi harus melalui sayembara. Ternyata sayembara revitalisasi Monas, pemenangnya sudah diumumkan persis setahun sebelum Menteri Basuki bicara. Dan tentu saja, dalam proses sayembara hingga penjurian itu, instansi-instansi terkait sudah dilibatkan.

Sekda DKI, Saefullah, tampil ke depan. Menjelaskan satu persatu perihal proyek revitalisasi. Semua dijelaskan. Soal dasar hukum, soal pohon, perizinan ke Setneg, termasuk soal sayembara. Tapi yang dijelaskan tak juga paham-paham. Atau sengaja salah paham.

Saking kesalnya, Saefullah sampai mengatakan, “Monas itu sudah puluhan tahun dikelola oleh DKI. Kan kami yang mengurusi itu, maintenance-nya semua segala macam. Kami kan mempercantik Monas, mau mempercantik kok rumit,” ujar Saefullah, Selasa (4/2/2020). Pemprov DKI, kata Saefullah, ingin Monas berkelas seperti Menara Eiffel.

Hingga akhirnya, Gubernur Anies datang ke Kantor Sekretariat Negara, Rabu 5 Februari 2020. Rapat Komisi Pengarah dipimpin Sekretaris Kemensetneg Setya Utama. Di forum yang sangat tepat itu Anies memaparkan secara detail rencana revitalisasi kawasan Monas.

Hasilnya? Revitalisasi Monas dilanjutkan. Sebab proyek itu selaras dengan Keppres 25 tahun 1995. Lalu, kenapa sebelumnya seolah-olah Mensesneg melarang? “Kita semua kemarin belum tahu, dan tadi ada penjelasan (dari Anies) di depan Komrah,” kata Setya Utama, Rabu (5/2).

Jedeerrr. Wah, gol bunuh diri lagi. Mereka-mereka yang berteriak lantang kemarin-kemarin pada kemana?

Wajah Baru Monas

Sebagai tambahan, soal pohon. Pemprov DKI Jakarta melalui akun Instagram, menjelaskan, revitalisasi Monas bertujuan untuk meneruskan pembangunan Monas sesuai Keppres 25 tahun 1995 tentang Pembangunan Kawasan Medan Merdeka di Wilayah DKI Jakarta. ⁣

Pembangunan di sisi selatan dilakukan untuk membuka akses masyarakat terhadap ruang publik dan tetap mempertahankannya sebagai ruang terbuka.⁣

Sebagian pohon yang terimbas revitalisasi, dipindahkan dan ditanam kembali untuk menghijaukan sisi barat daya. Ini karena ada ketentuan, jika pemerintah yang menebang atau merelokasi satu pohon maka wajib mengganti dengan tiga pohon. Bila pihak swasta, satu pohon harus diganti 10 pohon.

Saat ini, Pemprov DKI Jakarta telah menanam/mengganti tiga kali lipat dari 191 pohon yang ditebang/direlokasi. ⁣Maka, revitalisasi Monas sekarang ini bukan ‘menggunduli’ Monas sebagaimana serangan dari luar, justru menambah ruang terbuka hijau di Kawasan Medan Merdeka yang semula 56% menjadi kurang lebih 64%. Itu berarti kawasan Monas akan jauh lebih hijau dari sebelumnya.⁣

Kalau seperti ini faktanya, kurang tepat bila penyerang-penyerang Anies di medsos itu disebut melakukan ‘gol bunuh diri di Monas’. Mungkin lebih tepat disebut ‘gantung diri di Monas’. [MSR]

Artikel Terkait

Back to top button