Gelar Diskusi Peduli NKRI, Aliansi Benteng Akidah Tuntut Ketegasan terhadap Ahmadiyah
Bogor (SI Online) – Presidium Aliansi Benteng Akidah (ABA) menggelar seminar dan diskusi peduli NKRI bertajuk “Selamatkan Nusa Bangsa dan Agama” di ruang sidang DPRD Kabupaten Bogor, Sabtu (26/2/2022).
Ketua Aliansi Benteng Akidah KH Acep Ayip Raharja mengatakan, latar belakang digelarnya acara tersebut adalah keadaan negeri khususnya yang menyangkut tentang akidah dan ideologi bangsa.
“Terkait akidah saat ini penistaan agama semakin marak dan terang-terangan, sementara ideologi kebangsaan saat ini kalau kita cermati melihat kenyataannya bahwa ideologi Pancasila sedang ‘dicabik-cabik’,” ujar Acep.
Dari latar belakang itulah, kata Acep, Presidium ABA mengadakan diskusi dengan berbagai pihak khususnya dari pemerintah untuk bisa bersinergi dan berupaya menyikapi persoalan yang ada.
“Dari acara tersebut, kita juga mengharapkan adanya masukan-masukan dari para ulama dan pimpinan ormas bagaimana menyikapi situasi yang ada,” tuturnya.
Terkait permasalahan akidah, ABA memfokuskan tentang kasus aliran sesat yaitu Ahmadiyah di Bogor.
“Permasalahan Ahmadiyah saat ini masih ngambang, SKB 3 Menteri apa fungsinya sampai sekarang, kemudian ada juga fatwa MUI. Kita memberikan dukungan kepada fatwa MUI, namun sepertinya yang didukung kurang memberikan upayanya,” jelas Acep.
“Sampai saat ini yang namanya Ahmadiyah masih eksis, ketika ada pelarangan tahun 2005 itu hanya 50 hari saja, dan sekarang masih berjalan. Apalagi setelah Menag sekarang yang sepertinya berpihak, bahkan gerbang pun dibuka setelah sebelumnya disegel,” tambahnya.
Oleh karena itu, mudah-mudahan melalui kegiatan ini, kata Acep, akan ada masukan-masukan kepada pihak pemerintah dan aparat sehingga memberikan tindakan tegas kepada Ahmadiyah.
Selain dihadiri para ulama dan pimpinan ormaas, acara tersebut dihadiri Kapolres Bogor AKBP Iman Imadudin, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor KH Agus Salim Lc, Ketua Persatuan Umat Islam (PUI) KH Nazar Haris, Perwakilan dari MUI Pusat KH Taufik Nurhadi dan lainnya.
red: adhila