Gelombang Aksi Demonstrasi di Indonesia: Cerminan Ketidakadilan di Tengah Krisis Multidimensi

Menjaga Persatuan di Tengah Krisis
Dalam situasi krisis seperti ini, persatuan dan keutuhan NKRI harus tetap menjadi prioritas utama. Kemarahan terhadap elite politik tidak boleh berkembang menjadi disintegrasi sosial yang membahayakan stabilitas bangsa. Protes yang menyebar ke berbagai kota seperti Surabaya, Solo, Sidoarjo, Mojokerto, Medan, Makasar hingga Aceh menunjukkan bahwa masalah ini bersifat nasional dan memerlukan solusi komprehensif, bukan pendekatan parsial atau represif.
Bangsa ini memiliki sejarah panjang dalam mengatasi krisis melalui dialog dan musyawarah. Tradisi gotong royong dan solidaritas sosial harus kembali dihidupkan untuk menghadapi tantangan bersama. Elite politik harus turun dari menara gading dan benar-benar mendengarkan suara rakyat, bukan sekadar memberikan janji kosong atau permintaan maaf yang tidak tulus.
Fokus pada Agenda Perubahan, Bukan Adu Domba
Yang terpenting adalah menjaga fokus pada agenda perubahan substantif, bukan terjebak pada perpecahan yang kontraproduktif. Tuntutan pembatalan tunjangan fantastis DPR, transparansi anggaran negara, reformasi sistem politik, dan perbaikan kesejahteraan rakyat harus terus didorong melalui mekanisme konstitusional yang tersedia.
Masyarakat tidak boleh mudah diprovokasi atau diadu domba oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang ingin memanfaatkan situasi krisis untuk agenda politik sesaat. Energi rakyat harus diarahkan pada perubahan sistemik yang berkelanjutan, bukan pada konflik horizontal yang destruktif.
Momentum Perubahan atau Tragedi Kemanusiaan?
Gelombang demonstrasi yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia tanggal 25, 28, 29 dan 30 Agustus 2025 berada di persimpangan jalan: bisa menjadi momentum transformatif menuju Indonesia yang lebih adil, atau malah berubah menjadi tragedi kemanusiaan yang merugikan semua pihak. Pilihan ada di tangan kita semua—elite politik yang harus turun dari singgasana, aparat yang harus menghormati hak asasi, dan rakyat yang harus bijak dalam menyuarakan aspirasi.
Kematian Affan Kurniawan tidak boleh sia-sia. Darahnya harus menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa demokrasi sejati tidak dibangun di atas kekerasan dan arogansi, melainkan melalui dialog, empati, dan komitmen pada keadilan sosial. Indonesia layak mendapat yang lebih baik dari para pemimpinnya, dan rakyat berhak mendapat perlakuan yang bermartabat dari negara yang mereka cintai.
Saatnya untuk berubah, sebelum terlambat.[]
Suwandi, S.Ag, Jurnalis, Pengamat Sosial Kemasyarakatan.