Generasi dalam Ancaman
Bocah kelas enam SD di Tasikmalaya jadi korban bullying. Bocah malang itu mengalami depresi hingga sakit keras dan akhirnya meninggal usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya.
Psikiater RSIA Limijati Kota Bandung dr Elvine Gunawan mengatakan aksi bullying sebetulnya bukan kasus baru. Bullying menurutnya memiliki dampak yang luas.
“Setiap kasus bullying baik ringan atau seperti ini sudah ekstrem, bukan lagi bullying secara verbal, tapi ini lebih kekerasan secara fisik walaupun gunakan cara lain. Ini berdampak pada kesehatan jiwa, buat orang yang melakukan sudah pasti ada gangguan jiwa. Untuk orang terkena dampak jelas dan terakhir juga saksinya, dampaknya luas banget,” kata Elvine via sambungan telepon, Kamis (21/7/2022), seperti dilansir detik.com.
Tak hanya potret kesadisan anak-anak di bawah umur yang sering kita dengar di negeri ini. Berbagai kasus pergaulan bebas, pelecehan seksual dan juga tak asing lagi kita lihat di media massa. Tapi disisi lain, ajang yang notabene akan menimbulkan pergaulan bebas dan pelecehan seksual seperti Citayam Fashion Week diberikan kelonggaran begitu rupa.
Tak hanya itu demam Citayam Fashion Week bahkan menjalar ke beberapa kota di Indonesia. Di antaranya adalah Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Medan, Yogyakarta, Madiun, dan Sukabumi. (lihat Kompas.com, 27/07/2022)
Di ajang fashion week tersebut kreativitas dan ekstensi diri yang tidak terarah diperlihatkan oleh generasi muda negeri ini. Negeri yang didominasi oleh Muslim ini, generasi mudanya berlomba-lomba memperlihatkan auratnya dengan bangga. Campur baur antara laki-laki dan perempuan menjadi suatu hal yang wajar. Tak hanya itu munculnya para penyimpang seksual yang berlenggak lenggok seperti tidak ada rasa malu dan ingin diakui sebagai sebuah kelaziman.
Bagaimana dengan masa depan generasi ini berapa tahun mendatang jika fenomena ini dibiarkan? Kreatifitas yang ditunggangi para kapitalis tidak akan membuahkan hasil yang positif bagi generasi ini. Jiwa hedonis dan pergaulan bebaslah yang akan makin marak. Mereka hanya memperlihatkan kemewahan rupa tapi kosong pemikiran dan kedewasaan. Apa yang diharapkan dari generasi seperti ini?
Berbeda dengan generasi muda di masa Rasulullah dan kegemilangan Islam. Dalam bidang kemiliteran, tercatat nama Sa’ad bin Abi Waqqash yang masuk Islam ketika berumur 17 tahun. Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah menulis, Sa’ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia ditunjuk menjadi panglima kaum Muslim di Irak dalam perang melawan Persia pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pemuda lainnya, Usamah bin Zaid, pada usia 18 tahun dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan yang di dalamnya ada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi.
Di bidang keilmuan, ada Zaid bin Tsabit, pemuda Anshar yang masuk Islam pada usia 11 tahun. Pada masa Perang Badar dan Uhud, dengan semangatnya Zaid pernah memohon diizinkan berperang, namun ditolak oleh Rasulullah karena masih terlalu kecil. Ia baru diizinkan berperang pada masa Perang Khandaq tahun 5 H.
Kecerdasan Zaid membuat pemuda ini dipercaya menjadi penulis wahyu oleh Rasulullah. Ia mampu menguasai berbagai bahasa dalam tempo singkat. Pada masa kodifikasi Alquran, Khalifah Abu Bakar pertama kali menunjuk Zaid untuk menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an.