Hagia Sophia: 85 Tahun Jadi Museum, di Tangan Erdogan Jadi Masjid Lagi
Jakarta (SI Online) – Setelah 85 tahun difungsikan sebagai museum, akhirnya Hagia Sophia dikembalikan menjadi masjid. Tempat warga Istanbul dan masyarakat Turki umumnya untuk beribadah.
Presiden Erdogan mengumumkan perubahan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid setelah Pengadilan Tinggi Turki mencabut statusnya sebagai museum. Menurut Pengadilan Turki, keputusan Presiden Turki Mustafa Kemal Pasha pada 1934 silam tidak sah.
Sebagai informasi, Hagia Sophia mulanya adalah Katedral. Lalu, setelah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al Fatih, bangunan tersebut berubah fungsi menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian, Hagia Sophia disekulerkan dan dibuka sebagai museum secara resmi pada 1 Februari 1935 oleh Mustafa Kemal Pasha.
Nama Hagia Sophia berasal dari bahasa Yunani yakni Ayasofya yang bermakna “Holy Wisdom (Kebijaksanaan Suci)”. Bangunan ini selesai dibangun sebagai Katedral Kristen Kekaisaran Romawi Timur atau dikenal sebagai Bizantium pada 537. Bangunan tersebut, kala itu merupakan “kursi” dari Patriark Ekumenis Konstantinopel.
Pada 1204, Hagia Sophia dikonversi oleh Tentara Salib Keempat menjadi katedral Katolik Roma di bawah Kekaisaran Latin, sebelum dikembalikan lagi menjadi Katedral Ortodoks setelah pembangunan kembali Kekaisaran Bizantium pada 1261.
Pada tahun 1453, Konstantinopel yang menjadi Ibu Kota Kekaisaran Bizantium ditaklukkan oleh Khilafah Turki Utsmani di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau dikenal sebagai Muhammad Al Fatih. Atas perintah Sultan Mehmed II, Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid.
Ketika diambil alih Turki Utsmani, beberapa bagian kota Konstantinopel telah rusak. Hagia Sophia kala itu mendapat perhatian khusus yang dikelola dengan dana yang sengaja disisihkan. Bangunan tersebut sekaligus membuat kesan kuat pada penguasa Utsmani.
Ketika dikuasai Utsmani, beberapa fitur khas seperti lonceng, altar, ikonostasis, dan peninggalan lainnya dihilangkan. Mosaik-mosaik yang menggambarkan Yesus, Ibunya; Perawan Suci Maria, orang-orang kudus Kristen, serta para malaikat juga dihilangkan atau diplester.
Sebaliknya, fitur-fitur Islami seperti mihrab (ceruk di dinding yang menunjukkan arah kiblat salat; Kakbah di Makkah), mimbar, dan empat menara ditambahkan. Ada juga kaligrafis bertuliskan Allah, Nabi Muhammad Saw dan para khalifah yang ditampilkan di bangunan tersebut.