Haji Haryanto: Pangkat Kopral, Rezeki Lebih dari Jenderal
Bermodal ijazah Sekolah Teknik (ST), setingkat SLTP, dia kemudian melamar menjadi prajurit ABRI. Dia beruntung diterima menjadi anggota ABRI dengan pangkat paling rendah, Prajurit Dua.
Tugasnya menjadi sopri truk mengangkut alat-alat berat, meriam, dan logistik untuk pasukan.
Semangatnya membara untuk mengubah nasib membuat Haryanto mencari penghasilan tambahan selepas dinas. “Saya menjadi sopir omprengan dengan trayek Serpong ke Kota Tangerang,” ujarnya.
Dari hasil menabung, dia kemudian bisa membeli angkot. Jumlah angkotnya terus bertambah, sampai mencapai 50. Pangkatnya prajurit, tapi sudah jadi juragan angkot.
“ Saya ingat pada tahun 90-an itu Haryanto menyunatkan anaknya dengan mengundang dalang Ki Mantep Sudarsono. Acara digelar di alun-alun Tangerang. Bayarannya kalau gak salah waktu itu sudah Rp50 juta,” ujar Mazni.
Dari Batalyon Arhanud I, Haryanto dimutasi ke Kodam Jaya. Pangdam Jaya saat itu Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin teman satu angkatan Mazni Harun (Akabri 1974).
Karena bisnisnya terus membesar, Haryanto akhirnya memutuskan pensiun dini. Dia pensiun pada tahun 2002 pada usia 43 tahun.
Dengan modal kucuran dari BRI sebesar tiga miliar, Haryanto membeli enam armada bus. Usahanya hampir bangkrut ketika krisis ekonomi melanda tahun 2007-2008.
Dia terlilit utang ke BRI sebesar Rp27 miliar. Namun setelah dijadwal ulang pembayarannya, dia mendapat keringanan selama lima tahun. Dengan bantuan Bank Nagari, dalam waktu tiga tahun utang itu berhasil dilunasi.
Usahanya terus tumbuh. Kini dia memiliki 250 armada bus. Terdiri dari bus pariwisata dan bus angkutan kota antar provinsi (AKAP).
Sangat memuliakan anak yatim dan ibunda