Hamka Sebut Ada Pancasilais Munafik, Siapakah Mereka?
Menjelang Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober ada baiknya kita membaca kembali nasihat dari guru bangsa bernama Prof. Dr. Hamka dalam bukunya “Dari Hati ke Hati” halaman 259-265.
Ini karena sejarah sesungguhnya berulang dan jangan sampai kita kehilangan tongkat tertipu dua kali oleh modus yang sama.
Di balik semangat ‘Aku Pancasila’ sampai kepada ‘Salam Pancasila’ dan sebagainya sesungguhnya sejarah telah mencatat dua orang telah dihukum mati karena menjadikan slogan semangat Pancasila di mulut lain di hati sebagai alat untuk melakukan berbagai macam pengkhianatan terhadap Pancasila itu sendiri.
Lalu apakah ciri-ciri Pancasilais Munafik menurut Hamka itu?
- Pancasila itu dipermainkan diujung bibir dan telah dimuntahkan dari hati. Menjadi isi pidato untuk orang banyak, tetapi dilanggar dalam tindakan hidup sehari hari.
- Dipandang khianat orang lain yang dituduh tidak setia kepada Pancasila, dan orang tidak diberi kesempatan membuktikan bahwa si penuduh itulah sebenarnya yang menjadikan Pancasila itu hanya permainan bibir.
- Kelima sila itu dilanggar satu demi satu, dengan tidak mengenal lagi hari esok, karena masing-masing percaya bahwa mereka akan berkuasa buat selamanya. Apalagi yang ditakutkan, bukankah musuh musuh telah ditumbangkan satu persatu.
- “Bersuluh kepada matahari, bergelanggang dimata orang banyak”, bagaimana setiap hari hukum-hukum agama itu dilanggar, didurhakai.
- Uang negara dihamburkan untuk kepentingan pribadi. Tidak ada sedikit juga rupanya rasa takut kepada Tuhan. Karena memang Tuhan itu hanya untuk penghias pidato, bukan untuk penghias hidup, budi moral dan mental.
- Tidak Peduli terhadap kesengsaraan, kemiskinan dan penderitaan rakyat. Karena mereka sedang menikmati jabatan dan fasilitas negara dengan gaji besar dan fasilitas wah.
- Disorak-soraikan amanat penderitaan rakyat. Alangkah seramnya jika dikaji bahwa kata-kata Amanat Penderitaan Rakyat itu diungkapkan oleh pemimpin-pemimpin itu sendiri, padahal merekalah yang mengkhianatinya.
- Menyingkirkan lawan politik dengan berbagai cara supaya tidak ada lagi saingan. Padahal tidak ada kekuasaan Presiden dan sebagainya yang kekal selamanya. Namun akhirnya dengan tipu muslihat itu sendiri yang memasukkan mereka ke dalam penjara.
- Hidup Bahagia di atas penderitaan rakyat kerana pemimpin hidup mewah di atas fasilitas yang dibeli dari uang rakyat.
- Rakyat disugguhkan dengan simbol-simbol yang tiada kaitan dengan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat itu sendiri.
- Membohongi rakyat dengan berbagai macam slogan “Negeri kita makmur, bangsa kita bukan bangsa tempe!” mungkin sekarang bandingannya istilah meroket sebagainya.
- Rakyat ditakut-takuti untuk berbicara sehingga kebebasan bersuara dan kebebasan media dinodai.
- Mengubah negara demokrasi menjadi seperti dinasti dimana negara bagai menjadi hak milik peribadi keluarga dan kroni yang diwarisi.
- Masa itu menjilatlah yang penting. Siapa yang kurang pandai menjilat akan celaka hidupnya. Memberi gelar dan jabatan kepada para penyokong saja agar mereka tetap menjadi penyokong yang setia.
- Kelobaan (keserakahan) pemerintah pusat memborong segala kekayaan daerah.
- Meruntuhkan kekuatan bangsa dengan meruntuhkan akhlaknya. Padahal bagaimana suatu bangsa akan berdiri dengan teguhnya, kalau budi pekerti bangsa itu sendiri yang rusak.
- Korupsi timbul sejak dari atas, terus mengalir menyelinap ke bawah. Yang diatas korupsi untuk kemewahan yang palsu, yang kecil dibawah terpaksa korupsi karena gaji sangat jauh dari cukup. Banyaknya korupsi, sogok, uang semir (pelicin) menyebabkan harga bahan pokok bertambah naik. Berapa naik uang sogok yang mesti dibayar oleh seorang pengusaha, sekian pula harga barang akan di naikkannya kepada rakyat.
- Mereka bersorak terus, berpidato terus mengatakan bahwa kita wajib membela Pancasila. Bahwa Pancasila tidak boleh dirongrong, namun ironisnya yang melakukan itu justru mereka yang berkuasa itu sendiri.
- Penyelewengan Pancasila atau Munafik Pancasila itu yang dipidatokan buat dikhianati. Atau di dalam jiwa sendiri tidak ada, sebab itu menjadi kosong setelah dihembuskan ketengah udara bebas.
- Akhirnya Tuhan Allah tidaklah mengizinkan kemunafikan itu berlanjut dengan terbukanya mata rakyat malang yang selama ini hanya dibuai, dinina-bobokkan dengan janji janji dari mereka yang berkuasa yang sekali-kali tidak sanggup mereka memenuhinya. Rakyat bersatu menghadapi yang munafik dan bobrok ini dan setiap yang berutang mesti membayarnya.
Ikutilah kasus Sambo, anak pemimpin yang meningkat kekayaannya Milyuner, seorang yang berkoar-koar ingin menjaga integritas institusi terjerat dengan pelanggaran hak asasi manusia, isu judi online yang mengkhianati negara, bisnes narkoba perusak masa depan anak bangsa dan bahkan mereka yang berkoar-koar tentang teroris radikal selama ini ditangkap dalam kasus korupsi, mereka yang dulunya menangis menolak kenaikan BBM sekarang berwajah ceria, gaji direksi yang tidak pantas dengan realitas derita rakyat, mereka yang digaji dari uang rakyat untuk menjalankan hukum dan undang-undang justru melakukan tindakan sebaliknya padahal merekalah yang semangat dengan slogan dan simbol-simbol itu selama ini.
Ciri-ciri orang munafik itu adalah pembohong, pengkhianat dan ingkar janji dan mari kita jumlahkan sendiri berapa persen sejarah lama itu telah berulang kembali?
Afriadi Sanusi, Ph.D., Doktor bidang politik Islam dari Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.