Hanya Satu: Islam
Padahal sebutan washatan atau wasathiyyah tidak pernah disematkan Allah SWT kepada Agama Islam, tapi kepada umat yang memilih Islam sebagai agamanya (Q.S. Al Baqarah: 143) karena keberadaan umat Islam washatan (pertengahan) dalam akidah antara yang atheis dan yang musyrik.
Pertengahan antara yang mengutamakan nilai-nilai materialisme dan mengabaikan nilai-nilai ruhaniyyah dan atau yang sebaliknya mengutamakan nilai ruhaniyyah semata dan mengabaikan segala yang berbau duniawi. Pertengahan antara faham komunisme dan faham kapitalisme (Syekh Mutawally Asy Sya’rawi; Tafsir Asy Sya’rawy)
Penambahan di belakang nama Islam, sangat tidak layak dilakukan oleh seorang muslim apalagi oleh yang bukan muslim.
Penamaan-penamaan tersebut hanya akan menimbulkan kesan bagi orang awam dan juga yang bukan muslim, seakan-akan ada sekian Islam yang satu dengan lainnya berbeda.
Bila hal ini terus dibiarkan, maka diduga kuat akan terus menimbulkan perpecahan di kalangan ummat Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh para islamophobia.
Hanya satu: Islam! Yang meyakininya disebut mukmin, sementara yang tidak meyakininya disebut kafir. Yang taat melaksanakan syariatnya diberi gelar muslim, sementara yang tidak taat dijuluki zalim atau fasik.
Hanya satu: Islam! Ia hadir untuk merombak sistem kehidupan jahiliyaah agar sesuai dengan Islam, bukan sebaliknya Islam yang dipaksakan untuk menyesuaikan dengan budaya jahiliyyah pada berbagai zaman.
Islam, kapan pun dan dimana pun tidak boleh tunduk kepada budaya dan perkembangan zaman, tapi budaya dan perkembangan zamanlah yang harus tunduk kepada Islam
Hanya satu: Islam! dan kita semua insya-a Allah: Muslim tanpa embel-embel!
K.H. Athian Ali M. Da’i, Lc.,M.A., Ketum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI)/Ketum ANNAS Pusat