RESONANSI

Hanya Satu: Islam

Allah SWT bukan hanya saja Waahid – satu- (Q.S. Al Baqarah: 163; Al Kahfi : 110; Al Anbiyaa : 108; Al Haj : 34) tapi Wahid yang Ahad – satu yang tidak terdiri dari unsur-unsur (Q.S. Al Ikhlash)

Allah yang Ahad mustahil menurunkan sekian Ad Dien (Agama), Dia hanya menurunkan satu Agama yakni Islam (Q.S. Ali Imraan : 19).

Islam, adakah nama yang ditetapkan langsung oleh Allah SWT? Jika sebutan Muslim kepada ummat yang beriman kepada ajaran yang diturunkan Allah SWT lewat para Rasul terdahulu baru sebatas sifat (Q.S. Al Baqarah: 128, 133) maka pada masa Rasulullah SawIslam tidak lagi hanya sebatas sifat tapi resmi ditetapkan Allah SWT menjadi nama dari Agama yang diturunkan Allah SWT (Q.S. Al Ma-idah: 3) yang ummatnya kemudian dijuluki muslim (Q.S. Al Haj: 78)

Nama Islam, begitu pula ajarannya sudah sangat sempurna (Q.S Al Ma-idah: 3) yang karenanya bukan hanya tidak layak, bahkan tidak ada satu makhluk pun (Makaikat, jin dan manusia) yang berhak memberikan penambahan baik terhadap nama Islam terlebih ajarannya.

Kehadiran embel-embel setelah Islam, seperti Islam moderat, Islam radikal, Islam nusantara, begitu pula yang terjadi pada beberapa aliran-sesat seperti Islam Syiah, Islam Ahmadiyah, Islam Jamaah, Islam murni dan sebagainya, semua ini sengaja dibuat oleh sementara orang untuk memecah-belah ummat Islam, sekaligus sebagai bentuk upaya untuk menjauhkan ummat Islam dari agamanya.

Upaya tersebut sangat mudah terbaca ketika mereka berupaya menanamkan stigma negatif kepada yang mereka sebut sebagai Islam radikal yang menurut mereka bukan hanya saja patut diwaspadai bahkan harus dijadikan musuh bersama.

Aroma Islamophobia sangat nampak, ketika label Islam radikal tersebut mereka alamatkan kepada setiap muslim yang hakikatnya sedang berupaya optimal merefleksikan seruan Allah SWT, untuk melaksanakan syariat Islam secara kaafah mencakup dari A sampai dengan Z kehidupan (Q.S. Al Baqarah: 208).

Sementara julukan yang positif dialamatkan kepada yang mereka sebut sebagai Islam moderat yang mereka sematkan kepada setiap muslim, yang dengan sadar dan rela meninggalkan bahkan lantang menentang sebagian dari prinsip ajaran agamanya, dengan mengikuti pemikiran, pemahaman dan peradaban Barat.

Mereka pun tak segan-segan untuk menganugerahkan gelar cendekiawan muslim kepada beberapa tokoh Islam yang berfikiran liberal dan sekuler yang berjuang dengan gigih menjauhkan Agama khususnya dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Ironisnya, ada pula tokoh muslim yang ikut terjebak ke dalam skenario ini, dimana dengan kulit yang berbeda namun isi yang nyaris sama , memunculkan embel-embel wasathan atau wasathiyyah di belakang Islam, sehingga terkesan Islami.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button