OASE

Harta adalah Amanah Allah SWT

Rezeki seret karena kurang usaha dan ibadah? Berkembang opini demikian di masyarakat terkait rezeki. Tak jarang ada yang bekerja mati-matian sampai lupa waktu untuk mengejar rezeki. Pun ada yang memperbanyak ibadah ritual dengan harapan rezeki bertambah. Benarkah demikian?

Pemahaman yang salah terkait rezeki akan berakibat fatal pada sikap manusia. Bahkan dapat menjatuhkan manusia pada kebinasaan dan kekufuran. Islam telah menjelaskan konsep rezeki dengan rinci dan sempurna. Penting bagi muslim memahami konsep rezeki dalam Islam agar dirinya menyikapi rezeki dengan amal shalih.

Rezeki adalah Pemberian Allah

Kata rezeki berasal dari bahasa arab yaitu ar-rizqu. Secara bahasa bermakna sama dengan al-a’tha (pemberian) dan al-hazhzhu (bagian yang dikhususkan untuknya tanpa orang lain). Dapat diartikan rezeki adalah pemberian yang dikhususkan untuk dirinya tanpa ada bagian orang lain.

Manusia adalah ciptaan (makhluk). Sunnatullah setiap ciptaan yang mempunyai nafas kehidupan dilengkapi dengan rezekinya. Dipastikan rezekinya datang dari Sang Penciptanya. Allah SWT berfirman:

وَكَأَيِّن مِّن دَآبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا ٱللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Ankabut ayat 60)

ٱللَّهُ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا مَتَٰعٌ

Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit) (QS. Ar-Ra’du ayat 26)

Ayat-ayat mulia di atas menuntun keimanan muslim bahwa Allah SWT yang memberi rezeki setiap ciptaanNya. Allah SWT yang menentukan kadar rezeki setiap ciptaanNya berdasarkan ilmuNya yang meliputi segala sesuatu. Kadar rezeki yang terbaik bagi ciptaanNya.

Keimanan ini menjadikan dirinya meyakini bahwa selama hidup di dunia rezekinya sudah dijamin oleh Allah SWT. Jika rezekinya habis berarti ajal pasti menjemputnya. Keimanan ini menjadikan dirinya tak bergantung atau meminta pada manusia maupun makhluk Allah lainnya terkait rezeki. Jika dilakukan berarti dirinya telah menyekutukanNya. Keimanan ini menjadikan dirinya meyakini tak ada rezeki yang berkurang atau diambil orang, karena apa yang sudah Allah takar tak mungkin tertukar.  

Tak hanya itu, keimanan ini menjadikan dirinya meyakini usaha hanyalah wasilah (jalan) menjemput rezeki yang Allah tetapkan. Usaha bukanlah sebab datangnya rezeki. Setiap usaha dalam menjemput rezeki akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah. Hal ini mewajibkan dirinya untuk menjemput rezeki dengan usaha yang sesuai syariat Allah (halal). Usaha yang tak menjadikan dirinya melalaikan kewajiban syari’at Allah lainnya.

Tak hanya itu, dengan keimanan ini dirinya tak menjadikan amal ibadah sebagai ‘bancakan’ bagi rezekinya. Dirinya memahami tak layak amal ibadah ditujukan hanya untuk mendapatkan rezeki duniawi. Karena amal ibadah harus ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Doa memohon rezeki dilakukan semata sebagai amal shalih  untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button