Harta adalah Amanah Allah SWT

Rezeki adalah Titipan Allah
Rasulullah Saw bersabda:
َا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)
Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal tentang umurnya untuk apakah ia habiskan, dan tentang jasadnya untuk apakah ia gunakan, dan tentang ilmunya, apakah telah ia amalkan, dan tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan. (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).
Hadits mulia di atas menjelaskan bahwa rezeki harta menjadi salah satu yang akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah di hari kiamat. Yaitu darimana dan digunakan untuk apa rezeki harta tersebut. Artinya rezeki harta adalah titipan Allah yang harus digunakan sesuai dengan syariatNya. Rezeki harta bukanlah kepemilikan pribadi secara mutlak tanpa ada aturan dalam menggunakannya. Rezeki harta bukanlah hasil kerja dan usaha yang dinikmati hanya untuk memenuhi syahwat dan kebutuhan pribadi.
Muslim yang cerdas akan menggunakan titipan Allah tersebut untuk bekal kehidupan setelah kematian. Muslim yang cerdas akan menggunakan titipan Allah tersebut sebagai wasilah keberkahan hidup di dunia dan kemuliaan di akhiratnya. Karena dirinya ingat firman Allah SWT:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌۗ وَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim. (QS. al Baqarah ayat 254).
وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْۗ وَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ اللّٰهِۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ
Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan) (QS. al Baqarah ayat 272). Wallahu a’lam bish-shawab.