NUIM HIDAYAT

Hasan al-Banna, Lelaki yang Patut Diteladani

Tahun 90-an saya pernah menitip jualan buku ke Pak Rusydi. Buku karya KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam). Enaknya kalau bisnis dengan dia, buku kita langsung dibelinya cash. Seingat saya, dia minta diskon 50% ketika itu.

Kemarin saya beli beberapa buku. Tarbiyah Politik Hasan al Banna karya Dr Yusuf al Qaradhawi, Penggetar Iman di Medan Jihad : Tiga Arsitek Jihad Kontemporer-Sayyid Quthb, Abu A’la al Maududi, Hasan al Banna, Kembali Dalam Dekapan Tarbiyah karya Dr Yusuf Qardhawi dan buku Iqra’. Buku yang terakhir ini rencana dibagikan kepada penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Depok.

Buku Tarbiyah Politik Hasan al Bana (at Tarbiyah as Siyasiyah Inda Hasan al Bana) ini menarik. Buku ini diterjemahkan oleh ‘sahabat saya’ Muhammad Lili Nur Aulia. Lili, selain banyak nulis buku tentang pemikiran Ikhwanul Muslimin juga rajin menerjemah.

Syekh Yusuf membahas beberapa hal tentang pendidikan politik Sang Imam, yaitu:

  1. Memadukan Antara Islam dan Politik (Agama dan Negara)
  2. Membangkit kesadaran wajibnya membebaskan tanah air Islam
  3. Membangun kesadaran wajibnya menegakkan pemerintahan Islami
  4. Menegakkan (Eksistensi) Umat Islam
  5. Membangun kesadaran wajib mewujudkan persatuan umat Islam
  6. Menyambut sistem undang-undang dan parlementer
  7. Mengkritisi multipartai dan kepartaian
  8. Perlindungan bagi kaum minoritas dan orang asing

Lihatlah pendapat Syekh Yusuf al Qaradhawi (Ketua Ulama Internasional) ini. “Hasan al Bana –semoga rahmat Allah atasnya- merupakan sosok multi potensi dan kemampuan. Ia bukan seorang ulama dan dai, tapi juga seorang reformis, pembaharu, pemimpin, sekaligus murabbi atau pendidik. Ia seorang murabbi dalam hal potensi diri, secara teori maupun praktik. Ia mempunyai berbagai sarana yang sangat dibutuhkan oleh seorang murabbi yang sukses. Kejelian dan kejelasan pandangan, hati yang lapang, pikiran yang terbuka, lisah yang fasih, wajah yang bercahaya, firasat yang tajam dan unik, di samping tentu saja ilmu yang luas dan keahlian teknis dan kemasyarakatan.

Tidak heran bila kita dapati setiap orang yang dekat dan hidup bersamanya, akan segera mendapat pengaruh. Bahkan setiap orang yang bertemu dengannya sekilas saja, pertemuan singkat itu akan berbekas dalam ingatannya. Sehingga ia tidak melupakan perkataannya yang penuh ibrah (pelajaran), atau perilakunya yang menyentuh, atau cerita-cerita yang memiliki nilai pelajaran, dan sebagainya. Itulah yang dirasakan oleh banyak orang yang mengenalnya. Benarlah perkataan Syaikh al Bana ,”Ciri-ciri seorang shalih adalah meninggalkan kesan baik di setiap tempat yang ia datangi.”

Hasan Al Banna menemui KH Agus Salim, diplomat ulung RI, yang mengucapkan terima kasih atas pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan RI.

Pendidikan dalam pandangan Imam al Bana, memiliki dua karakter khusus. Pertama, at Takaamul, saling menyempurnakan. Kedua, at Tawaazun, keseimbangan.

Arti at Takaamul adalah tarbiyah yang dilakukan haruslah komprehensif, menyeluruh tanpa menganulir satu bagian dengan bagian yang lain. Tarbiyah harus dilakukan dengan memperhatikan aspek ruhani dan jasad, akal dan perasaan, jiwa dan hati, seluruhnya bekerja dalam membentuk kepribadian Islam secara sempurna. Ruhani dilatih dengan ubudiyah, tubuh dibina melalui olahraga, akal diasah dengan wawasan ilmu, akhlak dihiasi dengan keutamaan, ruang sosial diisi dengan keterlibatan dalam berkhidmah pada masyarakat, aspek politik ditunaikan dengan memberi kesadaran terhadap ragam permasalahan negara dan umat Islam. Demikianlah tarbiyah tidak boleh mengabaikan salah satu aspek nilai Islam.

Sedangkan makna at Tawazun adalah tarbiyah memberikan semua sisi ajaran Islam haknya, tanpa ada yang dikurangi. Tidak ada satu sisi yang mengalahkan sisi yang lain. Tidak boleh timpang tindih sehingga ada hak yang tidak terpenuhi. Bahkan dikatakan kepada orang yang telah melewati batas,”Berhentilah kamu pada batas itu. Komitmenlah jalanmu yang lurus.”

Dari ragam pendidikan itu, hal yang sangat penting yang ditekankan sang Imam adalah pendidikan politik. Sebuah aspek yang banyak terabaikan oleh kalangan agamawan dan organisasi keagamaan, baik di masa dulu maupun kini. Aspek politik ini adalah sesuatu yang terkait dengan urusan pemerintahan, sistem negara, hubungan antara pemerintah dan rakyat, hubungan antar negara Islam dan non Islam, penyikapan terhadap penjajah yang merampok tanah air, sikap terhadap partai-partai politik, padangan terhadap hukum dan undang-undang, syura dan demokrasi dan berbagai masalah lainnya.

Partai-partai di Mesir dan sekitarnya saat itu meyakini nasionalisme yang sempit, sehingga sebagiannya banyak yang terlibat merayakan tradisi jahiliyah yang lampau, seperti Firaunisme di Mesir, Firaunisme di Suriah, Ashuriyah di Irak dan lain sebagainya. Jika ada diantara mereka yang tidak mempercayai tur’ah nasionalisme, mereka mempercayai rasisme, seperti Thuraiya di Turki, ras Arab di negara Arab, ras Suriah di Suriah besar dan lainnya. Mereka memisahkan agama (Islam) dengan politik. Memisahkan agama dengan negara.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button