Hasan Al-Bashri: Ulama Besar Ahli Tasawuf
Dasar dari ajaran zuhud Hasan Al-Bashri adalah menolak segala kenikmatan dunia, hanya semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf dan raja’. Konsep zuhud tersebut diekspreksikannya dalam kehidupannya sehari-hari, sehari-hari ia sedikit makan, dan tidak terikat oleh makanan dan minuman. Ia membagi zuhud menjadi dua tingkatan, yaitu zuhud terhadap barang yang haram dan yang kedua dalam tingkatan yang lebih tinggi adalah zuhud terhadap barang yang halal, yang ia sendiri telah mencapai tingkatan yang kedua yang dapat dilihat dari kehidupan sehari-harinya tersebut.
Dalam ajaran kezuhudannya terdapat unsur khauf (takut) dan raja’(pengharapan). Maksud dari prinsip takut dan pengharapan disini adalah takut akan siksa dan murka Allah swt. akibat lalai dalam melakukan perintah-Nya yang disertai dengan harapan akan rahmat-Nya. Hasan Al-Bashri meyakini bahwa khauf merupakan ibadah hati dan sama degan memetik amal shaleh. Semakin tinggi rasa ketakutan seseorang, maka semakin tinggi kadar pengabdiannya kepada Allah dan semakin tinggi pula tingkat pengharapannya kepada karunia-Nya.
Menurut Hasan Al-Bashri, orang yang beriman mengalami dua macam ketakutan selama hidupnya, yaitu karena dosa-dosanya yang telah lalu dan karena ia tidak tahu secara persis apa yang akan menimpanya akibat dosanya tersebut, sedangkan ia juga tidak mengatahui sampai kapan sisa umurnya. Maka hal itu akan menjadi pendorong bagi dirinya untuk melakukan amal sholeh disertai ketundukan dan kerendahan hati dengan mengharap pada rahmat dan karunia Allah.
Prinsip khauf Hasan Al-Bashri terlihat jelas dalam kehidupannya sehari-hari, ia selalu bersedih dan takut apabila ia lalai dalam beribadah,menjalankan perintah serta menjauhi larangan Allah, begitu takutnya ia akan murka-Nya hingga ia merasa bahwa neraka diciptakan hanya untuknya. Ia dipandang sebagai orang yang memiliki sifat khauf paling dalam pada masanya, bahkan ia terlihat seperti seseorang yang sedang ditimpa musibah setiap saat.
Lebih lanjut, Hamka juga mengutip sebagian ajaran dan perkataan tasawuf Hasan Al-Bashri dalam bukunya, yakni sebagai berikut:
- Perasaan takut yang menyebabkan hati tenteram lebih baik daripada rasa tenteram yang menyebabkan perasaan takut.
- Dunia adalah negeri tempat beramal. Barang siapa bertemu dunia dengan perasaan benci dan zuhud, ia akan bahagia serta memperoleh faedah darinya. Sedangkan barang siapa yang bertemu dengan dunia dengan perasaan rindu yang tertambal dalam dirinya, ia akan sengsara dan akan bertemu dengan penderitaan yang tak dapat ditanggungnya.
- Tafakur membawa kita pada kebaikan dan akan berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita untuk tidak mengulanginya lagi. Sesuatu yang fana betapa pun banyaknya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa betapa pun sedikitnya. Waspadalah terhadap negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh tipuan.
- Dunia ini seperti janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggal mati suaminya.
- Hendaknya setiap orang sadar akan kematian yang snantiasa mengancamnya dan hari kiamat yang akan menagih janjinya.
- Banyak dukacita di dunia memperkokoh semangat dalam mengerjakan amal shaleh.
Pengaruh Hasan Al-Bashri terhadap Perkembangan Tasawuf
Hasan Al-Bashri memiliki pengaruh yang besar bagi dunia keilmuan khususnya tasawuf pada masa itu dan masa selanjutnya.
Dasar-dasar ajaran zuhud beserta unsur-unsurnya yang ia kemukakan, kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh tasawuf yang ada selanjutnya dengan beberapa perbedaan, sesuai dengan kemampuan dan pengalaman pribadi para sufi itu sendiri. Di antara mereka ada yang memilih dzikir, taawadhu’, melakukan pengasingan diri, menjalani kehidupan sederhana, dan merenungkan serta memikirkan kebesaran Tuhan, dan keindahan ciptaan-Nya.
Di antara tokoh sufi yang mengembangkan ajarannya dari Hasan Al-Bashri adalah Rabi’ah al-Adawiyah yang mengembangkan konsep khauf dan raja’ milik Hasan Al-Bashri dengan meningkatkan kehidupan zuhud tersebut dengan menambahkan unsur cinta (mahabbah) dengan pengertiannya yang hakiki dan sempurna.