OASE

Hidayah dan Kecerdasan

Andai hidayah itu ada hubungannya dengan kecerdasan, tentu orang yang IQ nya diatas 200 akan beriman kepada Allah Ta’ala.

Yahudi adalah kaum yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dengan kecerdasan tersebut, mereka menjadi salah satu kaum yang banyak menghasilkan penemuan dalam bidang teknologi, politik, ekonomi dan lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:

يٰبَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِىَ الَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّى فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِينَ

Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini (pada masa itu).” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 47)

Tapi apakah kemudian kelebihan yang sudah Allah Ta’ala berikan menjadikan mereka semakin taat, bahkan mereka menjadi penentang, angkuh, sombong, congkak, tinggi hati, dan rasis. Ini adalah sifat yang melekat pada diri Bani Israel. Menganggap diri mereka sebagai manusia pilihan, sedangkan yang lain hanyalah pelayan bagi kebutuhan mereka.

Namun Allah Ta’ala menolak klaim tidak berdasar mereka. Dan menantang mereka untuk segera berjumpa dengan-Nya, jika betul bahwa klaim mereka benar. Allah Ta’ala, berfirman:

قُلْ يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوٓا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَآءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِينَ

Katakanlah (Muhammad), Wahai orang-orang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah, bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.” (QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 6)

Kemudian mengapa kaum musyrikin Arab Quraisy pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mendapat predikat sebagai orang-orang jahiliyah (Bodoh)? Apakah mereka ber IQ rendah?Apakah karena mereka tidak memiliki kemampuan teknologi persenjataan, pertanian, perniagaan atau komunikasi misalnya, tentu yang sesuai dengan ukuran zaman itu?

Jawabnya, adalah bukan demikian, tetapi karena mereka adalah masyarakat yang memuja berhala, menjadikan makhluk sebagai Tuhan, memohon keselamatan kepada benda mati, ngalap berkah pada petilasan, mencari kesaktian di tempat-tempat keramat, dan lain sebagainya.

Perilaku ini jelas menunjukkan kebiasaan taklid buta kaum musyrikin dan menunjukkan betapa tidak cerdasnya mereka. Oleh karena itulah selanjutnya Allah Ta’ala menjuluki kaum yang bodoh mesti mereka ber IQ tinggi sebagaimana firmannya,

وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِى يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَآءً وَنِدَآءً ۚ صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yang kafir adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (binatang) yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidak mengerti.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 171)

Orang yang cerdas yang mengaku ber IQ tinggi tentu tidak akan melakukan hal semacam ini. Orang yang cerdas ketika memahami bahwa Allah Ta’ala adalah pencipta segenap makhluk, pemberi rezeki dan pengatur segala sesuatu, maka ia akan dengan penuh tanggung jawab memberikan seluruh peribadatan hanya kepada-Nya saja serta menjalankan seluruh kewajibannya. Sebab bagaimana mungkin ia menyembah sesuatu yang tidak menciptakan, tidak memiliki apa-apa dan serba terbatas?

Orang yang demikian inilah, yang mengindikasikan kecerdasan dan kemajuan berpikirnya. Meskipun misalnya ia tidak pernah memakai sepatu apalagi dasi, karena pekerjaannya selalu berlumur dengan lumpur sawah atau bergumul dengan sapi. Pakaian bersihnya hanya dipakai ketika shalat berjama’ah di masjid, atau ketika berkumpul dengan keluarganya di rumah atau ketika mempunyai keperluan lain di tempat lain. Tetap saja ia disebut sebagai orang cerdas, orang yang paham dan berakal walau IQ nya tidak tinggi.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button