OASE

Hidup Berarti Ketika Tuhan ‘Merayakanmu’

Siapa sih yang tidak ingin dirayakan?

Bukan hanya dalam momen bahagia dan baik-baik saja, tetapi juga saat jatuh, gagal, dan lelah. Manusia pada dasarnya ingin merasa dihargai, diterima, dan diakui keberadaannya, terutama di saat-saat paling rapuh. Ketika tubuh lelah, hati sesak, dan pikiran mulai menyerah, saat itulah kita sangat membutuhkan ‘pelukan’, bukan penghakiman; ‘pendampingan’, bukan tuntutan. Kita ingin ada yang melihat kita, apa adanya, dan berkata, “Kamu tidak sendirian”.

Lalu, seperti apa sebenarnya rasanya “dirayakan”?

Bukan berarti dikelilingi balon dan kue ulang tahun, melainkan saat keluh kesahmu tidak dianggap berlebihan. Saat tangismu tidak dinilai sebagai kelemahan. Saat rasa-rasa dalam dirimu divalidasi dan diterima tanpa syarat dan adanya ketentuan. Ketika kamu tidak perlu berpura-pura kuat hanya agar diterima. Saat kamu bisa jujur tentang rasa lelah, kecewa, marah, dan tetap merasa dicintai dengan apa adanya. Itulah bentuk perayaan paling hakiki yang dibutuhkan jiwa manusia.

Menariknya, manusia memang bisa saling merayakan satu sama lain. Namun yang paling sempurna adalah ketika Allah SWT, sendiri yang merayakanmu. Ya, Allah SWT, yang Mahalembut dan Maha Mengetahui, yang tidak pernah absen menyertai setiap langkahmu, bahkan ketika kamu sendiri merasa sendirian. Melalui orang-orang yang hadir di hidupmu, melalui kelegaan setelah tangismu, melalui kekuatan yang muncul tiba-tiba setelah nyaris menyerah, Allah SWT, sedang menunjukkan cinta dan perayaan-Nya.

Lantas, bagaimana cara Allah SWT, merayakanmu?

Banyak cara Allah SWT, dalam merayakanmu. Bahkan dengan cara-cara yang seringnya luput dari kesadaranmu. Di antara cara Allah SWT, merayakanmu adalah sebagaimana berikut.

Pertama, ketika kamu memikirkan Allah SWT, maka Dia pun memikirkanmu. Ini bukan sekadar ungkapan puitis, melainkan janji nyata dari-Nya sebagaimana tertuang dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, “Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku”. Bayangkan, hanya dengan mengingat-Nya dalam diam sekalipun, kamu sudah ditemani oleh-Nya. Sebuah bentuk perayaan halus yang tidak selalu terasa, tetapi sangat nyata.

Kedua, ketika kamu menyebut dan membicarakan Allah SWT, kepada orang lain, Dia pun membicarakanmu kepada para malaikat-Nya. Dalam hadits yang sama, dijelaskan bahwa jika seseorang mengingat Allah SWT, dalam suatu perkumpulan, maka Dia akan menyebut nama orang itu di hadapan perkumpulan yang jauh lebih mulia, yaitu para malaikat. Bukankah itu bentuk penghormatan Ilahi yang luar biasa?

Ketiga, saat hatimu rindu bertemu dengan Allah SWT, maka yakinlah, Dia pun merindukanmu. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Barangsiapa suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun suka bertemu dengannya” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam relasi manusia saja, ketika rindu berbalas rindu itu membahagiakan, apalagi jika yang merindukan adalah Tuhan semesta alam?

Keempat, Allah SWT, pun memperkenalkan diri-Nya sebagai Pelindung bagi orang-orang yang beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 257 dijelaskan, “Allah pelindung bagi orang-orang yang beriman”. Ini bukan perlindungan biasa. Ini adalah perayaan atas imanmu, yang Allah SWT, balas dengan jaminan bahwa kamu tidak sendirian, apa pun yang terjadi.

Ketujuh, tidak semua orang diberi petunjuk oleh Allah SWT Petunjuk adalah hadiah eksklusif yang hanya diberikan kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Dalam surat Al-Qashash ayat 56, Allah SWT, menegaskan bahwa Dia-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Bahkan Rasulullah Saw., pun tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang beliau cintai. Betapa istimewanya ketika kamu termasuk dalam barisan yang diberi petunjuk oleh-Nya, karena itu artinya kamu sedang dirayakan dengan kasih-Nya yang sangat selektif.

Kedelapan, rahmat Allah SWT, selalu lebih besar daripada murka-Nya. Dalam hadits qudsi, Allah SWT, berfirman, “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, Allah SWT, selalu memilih untuk memaafkan lebih dulu sebelum menghukum. Tidakkah ini bentuk kasih sayang dan penghargaan-Nya yang luar biasa terhadap dirimu?

Kesembilan, bahkan jika kamu bergelimang dosa, pintu-Nya tetap terbuka. Dalam surat Az-Zumar ayat 53, Allah menyeru, “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”. Tidak ada batas bagi ampunan-Nya. Allah SWT, merayakan tobatmu, sekecil apa pun itu. Bahkan jika kamu sendiri belum sepenuhnya percaya bahwa kamu layak dimaafkan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button