Hijrah Menuju Sistem Islam
Hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah saw ribuan tahun lalu adalah momentum bersejarah yang sangat penting bagi peradaban Islam, bahkan peradaban dunia. Moment saat dimana ketakutan berubah menjadi aman sentausa, kemiskinan berubah menjadi kesejahteraan yang merata, kesyirikan dan kejahiliyahan berubah menjadi kedaulatan penuh di bawah naungan syariat Islam.
Sejak hari itu hingga ribuan tahun sesudahnya kaum muslimin hidup dalam keamanan, kedamaian dan kesejahteraan. Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia hingga meliputi tiga benua. Peradaban Islam menjadi mercusuar dunia, menerangi sekelilingnya dengan cahaya rahmat dari Tuhan alam semesta.
Din Islam sebagai landasan peradaban Islam telah sempurna mengatur segala aspek kehidupan manusia. Ia mewujud menjadi bangunan dengan sistem yang kokoh dan mapan. Dari mulai prinsip-prinsip (fondasi) hingga cabang-cabangnya mengatur segala aspek kehidupan manusia. Seluruhnya menjadi sistem yang paripurna menjaga keseimbangan hidup manusia, datang dari Rabb Pencipta manusia seluruhnya hingga membuahkan kebaikan bagi dunia dan akhirat.
Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah saw dengan hikmah agung mengeluarkan manusia dari al-zhulumaat kepada al-nuur. “Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji.” (TQS Ibraahiim [14]:1).
Dalam ayat yang mulia itu, Allah swt menginformasikan hikmah diturunkannya al Quran kepada Rasulullah saw. yaitu mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Kemuliaan ini relevan dengan keluhuran Din Islam, di mana keluhuran Din Islam seiring sejalan dengan ajaran Ilahi, suatu ajaran agung yang datang dari Allah Yang Maha Sempurna untuk seluruh umat manusia.
Allah swt menggambarkan dalam firmanNya, jaminan kehidupan hakiki bagi mereka yang menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul , apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian” (TQS al Anfaal [8]: 24). Ayat tersebut menunjukkan bahwa perbuatan manusia memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya akan membuahkan apa yang Allah sebut sebagai hal yang memberikan kehidupan.
Keagungan ajaran Islam ini relevan dengan prinsip bahwa keagungan dan kemuliaan itu sendiri adalah milik Allah dan Rasul-Nya. “Dan milik Allah lah kemuliaan itu, milik Rasul-Nya, dan serta milik orang orang yang beriman.” (TQS al-Munaafiquun [63]: 8). Ayat ini menunjukkan bahwa sifat iman pada diri manusia adalah dasar kemuliaan pada diri mereka.
Islam adalah agama mulia dan memuliakan pemeluknya. Prinsip ini tergambar dalam atsar Umar bin al-Khaththab ra. Yang menjadikan Islam sebagai sumber kemuliaannya. “Kami adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam, maka kami takkan pernah mencari kemuliaan dengan selainnya”.
Kemuliaan hidup dengan Islam akan membuahkan rahmat bagi alam semesta yang ditandai dengan kemakmuran dan keberkahan. Keberkahan itu buah dari rahmat ketika tegaknya Din Islam dalam kehidupan diwujudkan oleh penduduk negeri yang beriman dan bertakwa.
Manusia diamanahi sebagai khalifah fi al-ardh yang berkewajiban menegakkan aturan Ilahi, meneladani sang pembawa risalah yaitu Rasulullah saw. yang tidak diutus kecuali sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. “Dan tidaklah Kami mengutus Engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (TQS al-Anbiyaa’ [21]:107).