Hikmah Tragedi WTC 11 September 2001
Bila pemerintah dan intelijen AS mengecam para teroris WTC, maka beberapa ahli politik internasional seperti John L. Esposito, Noam Chomsky dan Ziauddin Sardar mengritik pemerintah Amerika. Esposito misalnya menulis artikel tentang mengapa mereka membenci kita? Esposito mengungkap tentang kebijakan luar negeri AS yang mendukung penuh kebiadaban Israel di Palestina. Juga sikap AS yang mendukung pembatalan pemilu oleh militer di Aljazair, pada tahun 1999/2000 dan sebagainya.
Chomsky mengritik AS dengan mengatakan, “Apakah ada yang mengadili para penjahat AS? Menurutnya, AS tidak peduli terhadap nasib bangsa-bangsa lain yang kena agresinya.
Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davis menulis buku “Why do They Hate Us?” Di buku itu keduanya menggambarkan, “Bagi Amerika Serikat, ide-idenya sendiri dan sejarahnya adalah satu-satunya tolok ukur untuk apa yang masuk akal, normal atau pantas…Amerika akhirnya berpandangan bahwa dirinyalah yang paling tahu, bagaimana sifat, karakter dan makna bangsa-bangsa lain. Tetapi apa yang telah ditumpuk itu hanyalah penilaian sepihak yang didasarkan pada kepentingan sendiri, analisa yang menguntungkan diri sendiri yang dapat menghasilkan standar-standar yang mendua.” (Lihat lebih lanjut buku saya, “Imperialisme Baru”, GIP, 2009).
Pada tragedi WTC pun muncul bermacam-macam teori. Ada yang berpendapat bahwa berbarengan dengan pesawat menabrak gedung itu, telah dipasang bom sebelumnya, AS sengaja membiarkan pembajak itu menabrakkan gedung untuk memancing ikan yang lebih besar dan seterusnya. Penulis sendiri sempat menyaksikan video yang beredar setelah tragedi WTC itu, yang isinya latihan para Mujahidin Afghan sebelum membajak pesawat yang menghancurkan gedung-gedung Amerika itu.
Maka beberapa bulan kemudian sekitar Desember 2001 George W Bush membawa ribuan pasukan militernya ke Afghanistan. Bahkan Bush menyatakan bahwa Amerika berperang dengan Islam. Pernyataan Bush ini kemudian dengan cepat dikoreksinya bahwa maksudnya berperang dengan teroris yang mengatasnamakan Islam, bukan berperang dengan Islam.
Alasan Bush menyerbu Afghan saat itu karena pemimpin Afghanistan/Taliban Mullah Mohammad Umar tidak mau menyerahkan Usamah bin Laden. Umar merasa bahwa selama ini Usamah telah berjuang bersama Taliban mengusir pemerintah Rusia. Ada perkawanan akrab diantara keduanya.
Bush pun murka. Puluhan pesawat pembom menghujani Afghan. Ribuan atau puluhan ribu orang meninggal dunia akibat agresi militer Amerika itu. Amerika bukan hanya ingin menghajar Afghan, tapi juga ingin membawa demokrasi liberal ke Afghan. (Kini setelah 20 tahun melakukan invasi ke Afghan, pasukan Amerika kalah dan pulang. Mungkin mereka juga merasa telah berhasil membunuh Usamah bin Laden, orang yang mereka cari-cari selama ini (2011)).
Rupanya nafsu perang Amerika bukan hanya ke negeri Islam Afghan. Negeri Islam yang lain, Irak dihajar pada 2003. Alasannya presiden Irak saat itu Saddam Hussein melindungi para teroris dan mempunyai senjata pemusnah massal. Alasan Bush ini di kemudian hari tidak terbukti.
Di balik itu ternyata Bush ingin menguasai ladang minyak menggiurkan di Irak. Irak disebut-sebut punya cadangan minyak terbesar nomor dua di dunia setelah Arab Saudi. Bush membutuhkan cadangan energi minyak yang besar untuk mengoperasikan puluhan kapal induknya di dunia, ribuan pesawat terbang-kapal selam-tank dan persenjataan militer lainnya. Karena jasa Bush menguasai Irak ini maka salah satu kapal induk di Amerika dinamai George W Bush.
Akibat invasi Amerika ke Irak ini, jutaan orang meninggal dan negeri 1001 malam ini kini terus dilanda kemelut. Dan ini mengakibatkan kerusuhan dan perang merembet ke Suriah, Yaman, Libia dan lain-lain.
Walhasil, bila bangsa Amerika dan dunia memperingati 20 tahun tragedi WTC, mereka juga harus memperingati tragedi agresi AS di Afghanistan dan Irak. Bila jumlah korban tragedi WTC 3.000 orang, maka jumlah korban umat Islam di dua negara itu jutaan orang.