FOKUS MUSLIMAH

Hilang Naluri Ibu Terkikis Kapitalisme

Kapitalisme Sukses Mengikis Naluri Keibuan

Ibu merupakan ciptaan-Nya yang memiliki kepekaan yang tinggi. Tidak heran jika seorang ibu rentan terkena stress bahkan depresi. Hingga hilang naluri dan kewarasannya sebagai seorang ibu. Beberapa masalah yang mengikis naluri keibuan di antaranya:

Pertama, himpitan ekonomi. Jerat ekonomi yang menghimpit kerap meminta tumbal nyawa. Maraknya PHK, minimnya lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat pendidikan, persaingan kerja yang semakin tinggi, menjadikan masalah ekonomi semakin sulit. Alhasil, ayah sebagai kepala keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Kesulitan ini kian menghimpit dada, ketika harga kebutuhan pokok kian melangit. Himpitan ekonomi pun berimbas pada kondisi kejiwaan dan kewarasan ibu.

Kedua, ketidakharmonisan keluarga. Keluarga yang harmonis tentu menjadi impian semua orang. Tapi nyatanya persoalan ekonomi seringkali berimbas pada ketidakharmonisan keluarga. Saling meminta, saling memaksa dan saling menuntut dapat berujung pada percekcokan dengan suami tercinta. Yang pastinya akan meninggalkan luka perih nan lara. Apatah lagi jika ada perkataan dan tindakan kasar, dapat menimbulkan tekanan dan stress yang luar biasa. Jika sang ibu tidak mampu mengelola dan menahannya, ia akan melampiaskan pada orang-orang di sekitarnya, terutama pada anaknya.

Ketiga, malu dan tidak siap punya anak. Alasan tersebut kerap menjadi motif kasus ibu muda yang membunuh bayinya. Terutama ibu muda yang hamil di luar nikah. Karena malu, tega membuang bahkan membunuh bayinya yang baru dilahirkan.

Namun, dari ketiga masalah di atas, sejatinya penyebab utama terkikisnya naluri ibu adalah diterapkannya kapitalisme atas negeri ini. Paradigma kapitalisme memandang segalanya berorientasi materi, menggiring manusia berpikir secara instan, menomorduakan agama, dan menjunjung tinggi kebebasan.

Tidak heran bila keluarga kehilangan pondasi ruhiyah. Peran keluarga menjadi pincang. Pasangan hanya menuntut haknya tanpa melaksanakan kewajibannya. Sementara negara tidak menjalankan peran dan fungsinya sebagai soko keluarga. Sebaliknya ketiadaan jaminan kesejahteraan pada ibu dan berbagai kebijakan negara justru semakin menambah berat beban masalah ibu. Alih-alih menjadi pelindung dan penjaga naluri dan kewarasan ibu. Negara justru jadi sumber pemicu terkikisnya naluri dan kewarasan ibu.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button