KABAR

Hitung Cepat Kejatuhan Rezim Gagal

Genderang kontestasi pilpres tampaknya belum usai ditabuh. Tensi politik justru semakin panas pasca pencoblosan. Quick Count yang diharapkan rakyat menyampaikan hasil sementara pilpres secara objektif. Berbuntut polemik akibat isu kecurangan yang masif dan sistemik.

Menjadi rahasia publik, berbagai lembaga survei merilis hasil Quick Count secara berat sebelah. Quick Count seolah menjadi hipnotis sebagai penggiring opini massal, bahwa Jokowi telah pasti memenangkan kontestasi pilpres 2019. Padahal penghitungan surat suara saja belum kelar dilalui.

Quick Count telah menyihir publik dan mematahkan semangat rakyat akan adanya perubahan. Serta memunculkan banyak pertanyaan bagaimana hasil Quick Count begitu jauh dari fakta di lapangan. Sehingga menimbulkan respon adanya kecurangan yang terencana.

Polemik Quick Count belum juga tuntas. Publik dihebohkan dengan berbagai temuan curang yang ramai diunggah di linimasa. Tagar #KPUJanganCurang merajai trending topic Twitter pada Jumat siang, 19/4/2019. Tagar tersebut menjawab kegelisahan publik terhadap aksi kecurangan yang marak dalam penyelenggaraan pilpres. Tercatat 51,5 ribu kicauan pengguna Twitter menggunakan tagar tersebut.

Diketahui tagar tersebut muncul karena sejumlah warganet menemukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) salah memasukkan data asli C1 ke situs KPU. Tagar tersebut untuk memprotes dan mengunggah perbandingan antara suara di beberapa TPS berdasarkan data C1 dan yang telah diunggah di website KPU. Warganet menilai lembaga tersebut berusaha memenangkan kubu 01, yakni Jokowi dan Ma’ruf Amin. (viva.co.id, 19/4/2019).

Kecurangan tak hanya terkait input data C1 yang salah. Di lapangan juga ditemui surat suara yang tercoblos pada gambar Capres 01. Kecurangan-kecurangan semakin telanjang dipertontonkan dengan berbagai video aksi kecurangan beberapa anggota KPPS di sejumlah daerah. Herannya, semua kecurangan tersebut mengarah kepada kubu Capres 01.

Kecurangan pasca pilpres yang kian masif, brutal dan sistemik, bukti bahwa rezim kian panik. Namun, rakyat tak lagi dapat dibodohi dan dibohongi. Membanjirnya bukti kecurangan di linimasa, bukti bahwa rakyat bersatu menuntut kecurangan disudahi. Setelah media massa tak lagi berpihak kepada rakyat, media sosial menjadi senjata bagi rakyat membongkar segala kecurangan yang terjadi.

Pemilu brutal sepanjang sejarah kontestasi pilpres hanya terjadi di rezim ini. Menjadi bukti bahwa rezim ini memang gagal dalam kepemimpinan maupun dalam mengurus negara. Iklim demokrasi pun kian buruk, dengan maraknya kezaliman dan ketidakadilan yang menimpa rakyat kecil, lawan politik hingga para ulama. Herannya berbagai noktah hitam ini tak membuat mata dan hati rezim ini terbuka. Sebaliknya semakin brutal dengan menggunakan berbagai cara curang menggapai tahta kembali.

Sungguh kecurangan dalam meraih kekuasaan tak akan bertahan lama. Sebaliknya kecurangan merupakan sinyal dari kekalahan dan kehancuran. Kekuasaan yang diraih lewat kecurangan dan tipu daya, juga menjadi awal kezaliman ketika ia berkuasa. Dan dapat dipastikan rakyatlah yang kembali menjadi tumbal.

Maka, ingatlah wahai rezim curang! Sungguh kami sedang menghitung cepat kehancuran rezim ini. Berbagai kecurangan yang tersembunyi maupun tampak nyata akan jadi jalan bagi keruntuhan rezim ini. Ingatlah tidak ada tempat bagi penguasa curang kecuali di neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam: “Siapa pun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad).

Dan ingatlah kecurangan adalah sebuah kejahatan yang bermuara ke neraka-Nya. Orang-orang yang bersungguh-sungguh berbuat curang, niscaya Allah Ta’ala menetapkan ia sebagai pendusta di sisi-Nya kelak. Nau’dzubillah.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam yqng diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim : “Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar tertetapkan di sisi Allah sebagai pendusta.”

Kecurangan yang marak terjadi boleh saja ditutupi. Namun, di satu sisi perjuangan mengungkap kecurangan tidak akan pernah berhenti. Sebab kehancuran rezim tinggal menghitung hari. Maka, istiqomah adalah hal yang pasti. Menyuarakan kebenaran tidak mengenal letih. Bahkan di hadapan penguasa yang zalim, tidak akan membuat mulut dan langkah kaki terkunci.

“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Kontestasi pilpres boleh saja usai. Tapi perjuangan dalam menegakkan kebenaran tak akan pernah usai. Hingga umat benar-benar merasakan hidup dalam naungan penguasa yang amanah, adil dan jujur. Penguasa yang benar-benar mencintai rakyatnya dan juga dicintai oleh rakyatnya.

“Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian.” (HR. Muslim).

Wallahu’alam.

Ummu Naflah
Penulis, Member AMK

Artikel Terkait

Back to top button