AKHLAK

Hubungan Akhlak dengan Syariat Islam

Realita hidup di zaman fitnah, banyak manusia yang berlomba-lomba mengejar dunia tanpa memperdulikan akhiratnya. Dalam melakukan suatu perbuatan tidak pandang halal haramnya, tidak pandang akhlak baik atau buruk. Yang terpenting kesenangan dunia tercapai.

Apalagi pemikiran dewasa ini terpengaruh dengan sistem kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan. Wajar kemaksiatan merajalela, tidak pandang siapa saja sekalipun mereka yang beragama.

Pandangan masyarakat tentang akhlak itu berbeda-beda. Ada yang mengatakan akhlak tampak melalui lisan dan perbuatan.

Ada yang mengatakan akhlak adalah tingkah laku manusia yang sengaja muncul dari dorongan jiwa, sifatnya menimbulkan perbuatan yang dilakukan tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. Ada juga yang mengatakan akhlak itu karakter dan tabiat yang melekat pada diri seseorang. Pandangan manakah yang benar?

Akhlak dalam pandangan Islam adalah buah dari keimanan dan keterikatan pada syariat Islam. Maksudnya muslim dikatakan berakhlak jika perbuatan yang dilakukan berlandaskan pada iman dan selaras pada syariat Islam.

Akhlak muslim tergantung pada iman dan takwanya pada Allah. Berakhlak baik jika mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya semata ikhlas karena Allah. Berakhlak buruk jika menyelisihi perintah Allah SWT dan mengerjakan laranganNya semata hawa nafsunya.

Ini menunjukkan bahwa Islam tidak menjadikan akhlak terpisah dari syariat. Karena syariat dan akhlak berhubungan satu sama lain. Akhlak muslim nampak pada perbuatannya dalam semua aspek kehidupan. Karena syariat Islam mencakup semua aspek kehidupan baik terkait hablum minallah (ibadah ritual), hablum bin nafs (makan, minum dan berpakaian) dan hablum minannas (muamalah dan uqubat). Artinya muslim yang menegakkan syariat Islam terkait hal-hal di atas yang dikatakan berakhlak baik dan sebaliknya.

Misalnya seorang pedagang yang jujur tidak curang timbangan semata-mata karena menjalankan perintah Allah dan ingin mendaptakan ridhaNya. Bukan jujur semata-mata nilai kejujuran itu sendiri untuk menghasilkan nilai materi.

Seorang penguasa menjalankan amanah kekuasaan semata-mata memenuhi perintah Allah. Semata-mata ingat ada pertanggungjawaban amanahnya di akhirat. Bukan amanah semata-mata nilai amanah itu sendiri hanya untuk mendapatkan kepercayaan rakyat.

Seorang dermawan menginfakkan hartanya semata-mata melaksanakan perintah Allah. Buka dermawan semata-mata nilai kedermawan itu sendiri untuk mendapatkan simpati manusia dan tambahan harta.

Nampak masyarakat lebih mengedepankan akhlak dan menganggap tegaknya masyarakat Islam dipengaruhi oleh akhlak. Benarkah?

Haruslah dipahami bahwa lemahnya keimanan dan ketakwaan individu lah yang menyebabkan kemaksiatan dan buruknya akhlak. Hal ini akar penyebabnya karena lemahnya pegangan akidah dan syariat Islam dalam individu muslim. Sehingga jika menginginkan tegaknya masyarakat Islam, haruslah diterapkan pemikiran, perasaan dan aturan Islam oleh negara.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button