IKN Nusantara: “Jokowi dan Ahok Hoka Hoak …Hoka-Hoka Bento”
Makanya, dari poros Beijing inilah akan dihimpun bagian terbesar instrumen pembiayaan pemindahan IKN itu dengan “pengibaratan” RR itu sebagai pemindahan ibu kota Beijing baru.
Karena sesungguhnya bagi para oligarki konglomerasi China membangun IKN itu sesungguhnya hanyalah plasmanya.
Intinya, menjadikan IKN itu suatu kawasan bisnis komersial terpadu membangun kota dan pelabuhan serta bandara baru tentu dengan dipenuhi fasilitas komersial properti premium dan modern.
Inilah sesungguhnya yang akan menjadi “alat dan tambang emas” jualan keuntungan mereka. Yang beli siapa lagi kalau bukan warga negara kaya mereka sendiri: sebagai bagian tujuan PKC mendirikan “China Town dan diaspora baru” di seluruh dunia.
Dan siapa pula yang paling bisa melakukan itu semua hanyalah atau kalau bukan Ahok?
“Ahok Hoka Hoak”
Setelah payung hukum IKN itu selesai, seperti dikemukakan Rizal Ramli memang benar hanya tinggal satu-satunya, yaitu masalah “instrumen ekonomi” yang menjadi dasar keputusan Jokowi menetapkan IKN di Penajam kemudian menjalin tali ikatan bisnisnya ke poros Beijing.
Sungguh ini boleh dikatakan sebagai tindakan “bodoh dan keliru”. Sepert tertera di subjudul artikel ini, tafsir penerjemahan gramatis dari bahasa Jepang “Ahok Hoka Hoak” yang arti singkatnya, “stupid and wrong”.
RRC ketika menjadi penguasa perekonomian dunia menggeser Amerika Serikat, sungguh masgul dan amat pelit alias kikir memberikan cara dan sistem “pinjaman” dan “bantuan” nya ke pelbagai negara-negara di belahan dunia. Mayoritas tentu adalah negara-negara yang kepepet dan terbelakang, seperti di negara-negara Afrika.
Masgul, pelit dan kikir karena berbunga sangat tinggi, tak ada transfer teknologi, malah transfer manusia berikut transfer yang menjadi faktor-faktor produksi sekalian: tidak saja para pekerja kerah biru sekaligus buruh-buruh kasar sekaligus bahan-bahan material proyek bangunannya mereka impor didatangkan dari China sendiri.