Inilah Fakta Kepedihan Bangsa Palestina
Jakarta (SI Online) – Maryam Abu Mathor, seorang gadis Palestina yang menjadi korban Great Return March atau Pawai Kepulangan Akbar menyampaikan kesaksiannya atas nasib pedih bangsa Palestina saat ini.
Great Return March merupakan aksi besar warga Palestina menuntut Hak Kembali ke tanah air mereka yang berlangsung sejak akhir Maret 2018 dan terhenti karena pandemik COVID19. Aksi yang rutin dilakukan setiap hari Jumat tersebut dipusatkan di sepanjang garis perbatasan Gaza.
“Betis kanan saya ditembak tentara Zionis yang dengki melihat kami membawa bendera kemerdekaan untuk ditancapkan di wilayah kami. Saya menduga giliran saya untuk syahid telah tiba dan saya merasa bahagia. Meskipun sulit, pertolongan datang dari wilayah Turki dan saya berhasil diselamatkan,” ungkap Maryam yang menjadi korban tembak sniper Israel saat usianya masih 16 tahun, Ahad (22/11) lalu dalam webinar yang digelar Adara Relief International.
Maryam juga mengatakan harapan dan ucapan terima kasihnya kepada rakyat Indonesia yang telah turut berjuang bagi rakyat Palestina.
“Saya berharap dunia menolak segala bentuk penjajahan. Terkhusus bangsa Indonesia, saya berharap Indonesia senantiasa mendukung kami terutama pemudanya, karena merekalah yang memperjuangkan Palestina.” lanjut Maryam.
Nurjanah Hulwani, Ketua Koalisi Perempuan Indonesia untuk Al Quds dan Palestina yang menjadi salah satu narasumber talkshow kali ini, mengungkapkan pengalamannya saat menyaksikan Pawai Kepulangan Akbar pada 2019.
“Sosok Maryam adalah potret pemuda pemudi Palestina yang lahir dari darah seorang syuhada. Maryam merupakan salah satu pribadi yang mendapat pendidikan perjuangan secara langsung.” ungkap Nurjanah.
Pada kesempatan kali ini, Nurjanah juga mengungkapkan daftar panjang kepedihan yang dialami bangsa Palestina. Di antaranya yang terjadi di wilayah Al Quds yang saat ini telah ditetapkan sebagai ibu kota Israel. Di sana, para murobithoh yang jumlahnya hanya 550 orang dan murobithin sebanyak 500 orang, harus menghadapi ribuan tentara zionis.
Pembongkaran rumah warga Al Quds menjadi kegiatan rutin para tentara zionis. Penjarahan lahan 360.000 warga Al Quds yang membutuhkan 15.000 tempat tinggal juga terus menerus dilakukan apalagi dalam kondisi menjelang musim dingin.