Innalillahi, Pendiri Pesantren Darunnajah KH Mahrus Amin Wafat
Jakarta (SI Online) – Innalillahi wa innailaihi rajiuun. Umat Islam Indonesia kembali ditinggal berpulang salah satu ulamanya.
Pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan, KH Mahrus Amin (81) wafat. Kiai kelahiran Cirebon, 14 Februari 1940 silam itu wafat di Rumah Sakit Premiere, Bintaro.
“Telah berpulang ke Rahmatullah Drs. K.H. Mahrus Amin bin Casim bin Yanggi, hari Sabtu, 07 Agustus 2021 Pk 16.20 WIB di Rumah Sakit Premiere Bintaro,” demikian bunyi informasi yang disebarkan Keluarga Besar Ponpes Darunnajah, Keluarga Besar KH Abdul Manaf Mukhayyar dan Keluarga Besar KH Mahrus Amin, yang beredar di media sosial, Sabtu sore, 7 Agustus 2021.
Kiai Mahrus adalah pendiri sekaligus pimpinan jaringan Pondok Pesantren Darunnajah yang meliputi: Darunnajah II Cipining Bogor; Darunnajah III Al-Mansyur, Serang; Darunnajah IV Tsurayya, Padarincang, Banten; Darunnajah V An-Nahl Cikesik, Pandeglang; Darunnajah VI An- Nakhil Muko-Muko Bengkulu; Darunnajah VII Jaziratunnajah, Nunukan, Kalimantan Timur; Darunnajah VIII Annur Cidokom, Gunung Sindur, Bogor; Darunnajah IX Al-Hasanah, Pamulang, Tangerang, dan Darunnajah XI Al-Barokah, Seluma, Bengkulu.
Selain sebagai seorang kiai, ulama dan pengasuh pesantren, alumni Pesantren Modern Darussalam Gontor ini dikenal juga sebagai seorang organisatoris.
Kiai Mahrus tercatat pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Penasehat Majelis Ulama Indonesia DKI Jakarta, Ketua I DPP Forum Islamic Center Indonesia, Ketua I DPP GUPPI (Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam), Ketua Umum BKsPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia), Ketua MSKP3I (Majelis Silaturahmi Kyai Pengasuh Pondok Pesantren Indonesia), dan Ketua I Yayasan Qolbun Salim di Istiqlal Jakarta. Kiai Mahrus juga menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro Bakomubin Periode 2017-2022.
Penggagas Seribu Pesantren Nusantara
Kiai Mahrus Amin juga dikenal sebagai penggagas pendirian seribu Pesantren Nusantara.
Alumni jurusan Ilmu Dakwah, Fakultas Ushuluddin, IAIN Jakarta ini mengatakan gerakan pendirian seribu pesantren ini didasari masih belum meratanya kader-kader umat Islam di pelosok nusantara.
“Untuk pemerataan dakwah muslim, perlu disebar pondok pesantren di seluruh Indonesia,” ungkap Kiai Mahrus.
Pemilihan model pengkaderan lewat pondok pesantren disebut karena alasan historis dan empiris. Pesantren telah terbukti bisa tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, desa maupun kota. Pondok pesantren juga merupakan penerjemahan dari jejak langkah Rasulullah Muhammad Saw membangun umat di Madinah.
“Ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan oleh Rasul adalah mendirikan masjid sebagai pusat semua aspek kegiatan umat,” ungkap Kiai Mahrus yang juga pendiri Pondok Pesantren Madinatunnajah Tangsel ini.
red: farah abdillah/dbs