RESONANSI

Inovasi, Kunci Kemajuan Peradaban Islam

Dalam bidang kimia, cendekiawan muslim Jaber Bin Haiyan berhasil mengkombinasikan pengetahuan teori kimia dari Yunani dengan praktek pembuatan logam, sehingga tercapai kemajuan dalam bidang pengolahan logam. Beliau juga menemukan zat kimia sulfida merkuri, oksida dan senyawa organik. Dalam bidang kimia terapan dan farmasi, buku yang ditulis cendekiawan muslim Ibn Al Baytar Al Jami’fi Al Tibb berjudul Collection of Simple Diets and Drugs berisi tentang catatan rinci manfaat tanaman di sepanjang Pantai Mediterania menjadi referensi bagi formula obat-obatan.

Pada bidang matematika terapan dan astronomi, cendekiawan muslim Mohammad Bin Ahmed menemukan konsep angka nol (sifr) pada abad 10. Temuan ini menjadi revolusi dalam bidang matematika dan astronomi karena menyebabkan kemajuan dalam memprediksi gerakan tatasurya dan geografi. Al Khawarizmi adalah seorang cendekiawan muslim yang menemukan tabel astronomi untuk mengamati pergerakan bintang.

Pada masa abad 7-15, cendekiawan muslim banyak meneliti dan menggunakan metode ilmiah di bidang kesehatan dan astronomi. Hal ini dikarenakan permasalahan Umat pada masa itu adalah bidang kesehatan dan perjalanan untuk perdagangan serta pertanian. Kedokteran dan farmasi menjadi solusi bagi masalah kesehatan, sedangkan astronomi bermanfaat bagi pertanian untuk menentukan musim dan menentukan arah bagi perjalanan perdagangan.

Inovasi

Kejayaan Islam pada abad ke-7 hingga 15 M adalah karena peradaban Islam menerapkan sinkronisasi atau keselarasan antara Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an menjadi landasan etik bagi penerapan metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi umat. Islam saat ini bukan lagi menjadi referensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan karena adanya kemunduran dalam penggunaan metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah umat. Umat Islam saat ini menghadapi masalah terkait kesejahteraan mereka, secara khusus masalah-masalah tersebut terkait dengan ketahanan energi, ketahanan pangan, ketimpangan kesejahteraan dan kemiskinan.

Umat Islam memerlukan inovasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Inovasi bisa dilakukan jika umat Islam kembali pada tradisi menerapkan metode ilmiah untuk mengatasi masalah mereka. Kita pernah menggunakan pendekatan ilmiah dan peradaban Islam menjadi peradaban yang unggul selama delapan abad. Hal ini menjadi agenda besar bagi umat Islam secara umum dan cendekiawan Muslim secara khusus untuk melakukan inovasi dengan pendekatan metode ilmiah untuk memberikan solusi bagi permasalahan umat saat ini.    

Prof. Dr. Anton A Setyawan, SE., M.Si., Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button