Investasi Privilese 160 Tahun di IKN
Gendeng dan ndablek! Itulah diksi umpatan dan hujatan tambahan yang pantas dilayangkan lagi kepada Presiden Jokowi terkait adanya pelepasan investasi privilese 160 tahun di IKN.
Makanya, Rocky Gerung (RG) itu juga pantas dan layak speak up bersifat frontal mengkritisi Presiden Jokowi dengan sebutan bajingan tolol .
Ya memang itu mencerminkan refleksi atas pengambilan keputusan Presiden Jokowi yang gendeng, alias serampangan —jika tidak mau disebut sebagai ndablek, alias keras kepala .
Dikarenakan, di samping sangat panjangnya tahun investasi itu melampaui lebih dari dua generasi. Bahkan, privilese itu diserahkan ke pihak asing lagi-lagi dan lagi kepada RRC Tiongkok.
Yang jelas mengundang kecurigaan dan preseden bahwa Presiden Jokowi kok sebegitu mudahnya menyerahkan suatu ibu kota negara yang peranannya sangat sentral dan vital memegang kendali kedaulatan rakyat dan bangsa secara keseluruhan kepada China.
Betapa tidak! Ini rasanya seperti serasa menciptakan imperialisme kolonialis baru tanpa perang yang musuhnya datang dari RRC Tiongkok.
Bayangkan lebih dari separuh kurun dalam 350 tahun semasa penjajahan kolonial lama Belanda dahulu tanpa perlawanan dan tanpa revolusi.
Pembedanya, sekarang dengan segala modernisasi perkembangan teknologi percepatannya seharusnyalah membangun dan mewujudkan infrastruktur suatu ibukota itu tidak sampai memakan waktu 30 tahun. Itu pun sudah sangat terlalu lama.
Pertimbangannya, di situ ada soal dan masalah besar bagi masa depan generasi mendatang dalam jangka panjang yang sefrekuensi dengan waktu 160 tahun itu: yang bakal mempermalukan harga diri bangsa jikalau ibukota negara itu menunggak hutang 160 tahun dan membuat bangsa ini putus asa dan patah arang sampai tidak bisa dan tidak tahu kapan untuk menggapai kemandiriannya.
Atau jangan-jangan ketika kita mandek tidak sanggup bayar lagi, diganti dengan gali lubang tutup lubang dengan proyek lain yang akan menyasar kekayaan SDA yang melimpah —seperti indikasinya sudah terjadi sekarang. Membuat semakin sangat rentan dan rapuhnya dengan kedaulatan ekonomi kita yang 89% dikuasai China. Sungguh sangat miris negeri ini sudah di ujung tanduk penguasaan China.
Seperti diutarakan Rocky Gerung sepanjang pembangunannya saja nanti akan selalu seolah dibayang-bayangi China sebagai hantu menakutkan yang membahayakan kepada kepentingan keutuhan kultural, runtuhnya geopolitik dan diplomasi, perubahan komposisi penduduk demografi, peralihan atas penguasaan sarana strategis keamanan dan pertahanan — di dekat-dekat situ akan dibangun pangkalan militer China paling besar dari sebslumnya yang sudah dimiliki China.
Bahkan, segala hal-hal yang seharusnya dirahasiakan untuk menyisakan kedaulatan negara Indonesia sendiri.