NUIM HIDAYAT

Islam Berjuang

Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh. Kemudian mereka berjuang untuk menegakkan kalimat Allah yang tinggi. Kalimat Allah di atas bumi ini tidak akan dapat terealisasi, selain karena ketidakadilan dan keaniayaan telah dihilangkan daripadanya. Sampai seluruh manusia itu memperoleh persamaan seperti gigi sisir Dimana tidak ada salah seorang pun yang lebih dari orang lain selain karena ketakwaan.

Orang-orang yang melihat ketidakadilan di sepanjang jalan, dan bertemu kesewenang-wenangan di setiap saat, dan mereka tidak menggerakkan tangan maupun lidah, padahal mereka itu mampu menggerakkan tangan dan lidah, mereka ini adalah orang-orang yang hatinya tidak digugah oleh Islam. Jika hatinya tergugah oleh Islam tentulah mereka akan berubah menjadi para mujahidin yang berjuang mulai dari saat api suci itu menyentuh hati-hati yang rasional dan menyalakannya, dan mendorongnya dengan dorongan yang kuat ke medan perjuangan.

Jika seandainya jiwa nasionalisme mampu mendorong kita sekarang ini untuk berjuang menentang penjajahan yang dibenci itu, jika seandainya jiwa kemasyarakatan mampu mendorong kita hari ini untuk berjuang menentang kaum feodal yang tidak berbudi dan kapitalisme yang memeras. Jika seandainya jiwa kebebasan individu mampu untuk mendorong kita sekarang ini untuk berjuang menentang diktator yang melampaui batas dan ketidakadilan yang congkak, maka jiwa Islam mengumpulkan penjajahan, feodalisme dan kediktatoran di bawah sebuah nama yaitu ketidakadilan.

Jiwa Islam mendorong kita semua untuk memerangi segalanya itu, tanpa pikir-pikir dan tanpa ragu-ragu, tanpa pembicaraan lagi dan tanpa dibeda-bedakan lagi. Itulah salah satu ciri Islam yang besar di bidang perjuangan manusia untuk menegakkan kemerdekaan, keadilan dan kehormatan.

Seorang Muslim yang telah merasakan jiwa Islam dengan hatinya, tidak mungkin akan memberikan pertolongan kepada pihak penjajah, atau memberikan bantuan kepada mereka, atau berdamai dengan mereka, agak seharipun atau berhenti berjuang melawan mereka baik secara sembunyi-sembunyi atau secara terang-terangan.

Pertama-tama ia akan menjadi pengkhianat bagi agamanya, sebelum menjadi pengkhianat terhadap tanah airnya, terhadap bangsanya dan terhadap kehormatan dirinya.

Setiap orang yang tidak merasakan adanya rasa permusuhan dan kebencian terhadap kaum penjajah dan tidak melakukan perjuangan menentang mereka sekuat tenaga adalah pengkhianat.

Lalu bagaimana dengan orang yang mengadakan perjanjian persahabatan dengan mereka? Bagaimana dengan orang yang mengadakan Persekutuan abadi dengan mereka? Bagaimana dengan orang yang memberikan bantuan kepada mereka baik di zaman damai maupun di zaman perang? Bagaimana dengan orang yang membantu makanan sedangkan bangsanya sendiri kelaparan? Bagaimana dengan orang yang melindungi dan menutup-nutupi mereka?

Seorang Muslim yang merasakan jiwa Islam dengan hatinya tidak mungkin akan membiarkan kaum feudal yang tidak bermoral dan kaum berharta yang menindas itu berada dalam keamanan dan ketentraman.

Ia akan membukakan perbuatan mereka yang tidak bermalu. Ia akan menjelaskan kejelekan-kejelekan mereka. Ia akan berteriak di depan muka mereka yang tidak bermalu itu. Ia akan berjuang menentang mereka dengan tangan, dengan lidah dan dengan hati, dengan segala cara yang dapat dilakukannya. Setiap hari yang dilaluinya tanpa perjuangan, setiap saat yang dilaluinya tanpa pergulatan dan setiap detik yang dilaluinya tanpa kerja nyata, dianggapnya sebagai dosa yang menggoncang hati nuraninya, sebagai kesalahan yang membebani perasaannya, sebagai suatu perbuatana kriminil yang hanya dapat dihapuskan dengan perjuangan penuh dorongan, penuh kehangatan dan penuh ‘tolakan’.

Setiap orang Muslim yang merasakan Islam dengan hatinya tidak mungkin membiarkan dictator yang aniaya serta penguasa lalim yang tidak bermalu bergerak di atas permukaan bumi, menjadikan manusia budak beliannya, padahal tiap-tiap manusia dilahirkan oleh ibunya sebagai orang yang Merdeka. Tetapi orang Islam itu akan maju ke depan dengan jiwa dan hartanya untuk memperkenankan seruan Tuhannya yang menciptakannya dan memberikan rezeki padanya:

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا

Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”. (QS an Nisa’ 75) []

Nuim Hidayat
Sumber: Sayid Qutb, Beberapa Studi tentang Islam, Media Dakwah, Jakarta, 1981.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button