SUARA PEMBACA

Islam Bukan Sekadar Spirit

Islam adalah agama yang membentang luas ke segenap penjuru dunia. Dalam sejarah, Islam pernah menorehkan tinta emas menjadi peradaban manusia yang mengagumkan. Karna Islam bukan hanya agama yang memgatur ibadah ritual saja, melainkan sebuah tatanan peradaban yang mengatur seluruh lini kehidupan manusia.

Menjadikan Islam sebagai spirit perubahan adalah kewajiban bagi muslim. Islam mengatur hubungan dengan dirinya sendiri (Hablu binnafsi) , orang lain (Hablu minnanas), ibadah (Hablu minallah). Tidak hanya sekedar menjadikanya rutinitas agama yang turun-temurun. Apalagi lagi berupaya mengambil sebagian dari aturan Islam dan mengompromikannya dengan aturan manusia untuk mencapai kekuasaan.

Manusia adalah makhluk ciptaan yang terbatas. Maka tak layak apabila menyandingkan bahkan menyamakan aktifitasnya sama dengan para utusan Allah di muka bumi ini. Nabi dan Rosul adalah manusia pilihan Allah. Darinyalah manusia tersampaikan wahyu Illah. Suri tauladan bagi umatnya yang mengimani keberadaanya.

Maka jika ada yang berupaya untuk menyamakan seseorang dengan para Nabi Allah. Sekalipun sekaliber orang nomor satu disuatu negeri sangatlah tidak tepat. Ditambah gencarnya pencitraan yang dilakukan oleh para penguasa untuk mengambil simpati umat. Selalu ada cara memoles berbagai fakta kebobrokan kebijakan sepihak yang sangat merugilan umat.

Suksesnya pemimpin apabila ia mampu menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Menjamin kesejahteraan rakyatnya, menyedikan fasilitas umum secara gratis, mengurangi hutang kepada warga asing. Terpenting tidak menghalangi dakwah yang diperintahkan oleh Allah serta turut menerapkannya dalam sistem bernegara.

Dalam Islam seluruhnya diatur secara terperinci. Pemimpin tidak cukup hanya menjalankan nilai ibadah saja ataupun sunnah-sunnahnya. Namun harus dengan spirit ketaqwaan yang benar dibangun dengan ketaatan semafa. Jika pemimpin sudah terlihat citra buruknya dimata masyarakat lalu bagaimanakah ia membangun karakter pemimpin yang hanif?.

Nabi Musa memberi harapan kepada umatnya tatkala ia dalam kondisi yang benar-benar terkepung oleh tentara firaun, dalam kondisi yang tidak aman dan dengan itu beliau hanya mampu memohon pertolongan kepada Allah. Sedangkan saat ini pemimpin terlalu banyak memberikan harapan yang sejatinya tidak mampu untuk dibuktikan.

Dari Abu Abdur Rahman yaitu Bilal bin al-Harits al-Muzani ra. bahwasannya Rasulullah Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang diridhoi oleh Allah Ta’ala, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatat untuknya bahwa ia akan memperoleh keridhoan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya -yakni hari kematiannya atau pada hari kiamat nanti. Dan sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang menjadikan kemurkaan Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya.” (Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al-Muwaththa’ dan juga oleh Imam Tirmidzi)

Pemimpin yang sukses dalam kehidupan berkeluarga juga terlihat bagaimana ia menjaga istri, anak, dan seluruh keluarganya untuk bertaqarrub kepada Allah. Salah satu contohnya menjaga istri untuk istiqomah menutup auratnya karena segala kelalaian seorang istri menjadi tanggung jawab suami sebagai qowwam dalam keluarga. Hal ini akan sangat menentukan ketika mengatur masyarakat dan negara. Tentunya dengan menjadikan Islam sebagai sistem negara, sebagai aturan kehidupan dalam semua aspek. Karena Islam adalah ideologi yang berasal dari langit dan harus diterapkan secara kaffah dalam kehidupan. Islam tidak hanya diambil sekadar spirit, akhlak dan simbol. Wallahu’alam bishawab.

Silvi Rochmayanti
(Member Pena Muslimah, Tinggal di Bogor)

Artikel Terkait

Back to top button