MUHASABAH

Isolasi Mewah Tuan Pejabat, Krisis Empati di Tengah Derita Rakyat?

Negara melalui Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (Setjen DPR) menyediakan fasilitas hotel bintang tiga bagi anggota DPR hingga staf yang terkonfirmasi positif Covid-19, dan tengah menjalani isolasi mandiri (isoman). Hal ini tercantum dalam surat yang diterbitkan oleh Setjen DPR tertanggal 26 Juli 2021.

Dalam surat yang diteken Setjen DPR Indra Iskandar tersebut, tertulis bahwa Setjen bekerja sama dengan beberapa hotel untuk menyediakan fasilitas isolasi dan karantina bagi anggota DPR.

Indra menyebutkan sejumlah fasilitas yang akan diterima oleh anggota dewan, yakni paket isolasi tujuh malam dengan tiga kali makan pagi, laundry tiga potong pakaian per hari, konsultasi dokter melalui telepon setiap hari, kunjungan dokter atau perawat dua sampai tiga kali, pemberian vitamin, satu kali tes PCR, serta gratis wifi dan parkir. (tempo.co, 28/7/2021).

Ironis, saat negara menyediakan fasilitas isolasi mewah bagi tuan pejabat, nasib rakyat yang sedang isoman justru kian mengenaskan. Dahsyatnya gelombang virus corona, kolapsnya sistem kesehatan nasional, telah mengakibatkan tingginya angka kematian pasien isoman. Data LaporCovid-19 mencatat terdapat 2.703 kasus kematian pasien isoman di rumah hingga Selasa, 27 Juli 2021.

Inisiator LaporCovid-19 Irma Hidayana menyebut ada beberapa alasan pasien isoman tidak mendapatkan perawatan dokter, sehingga tidak sedikit yang meninggal. Beberapa penyebabnya adalah lantaran masih ditolaknya pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, dan sulitnya mendapatkan akses oksigen bagi pasien. (katadata.co.id, 27/7/2021).

Sungguh, tidak kali ini saja tuan pejabat melukai hati rakyat. Sebelumnya, juga pernah muncul ide pembangunan rumah sakit Covid-19 khusus anggota dewan, yang dilontarkan oleh tuan pejabat sendiri. Sedihnya, ide ini muncul justru saat sistem pelayanan kesehatan rakyat memburuk, sebab kolapsnya layanan rumah sakit. Namun, belakangan ide ini tidak terealisasi.

Ide ini dan yang terbaru fasilitas isolasi mewah anggota dewan, jelas menambah perih luka rakyat. Mengingat saat ini, rakyat seolah bertahan sendiri. Bertahan tetap waras dalam pusaran varian baru corona. Bertahan agar perut tetap kenyang dalam belenggu penyekatan bernama PPKM. Di saat tuan penguasa justru sibuk melayani kepentingan para kapitalis dengan dalih penyelamatan ekonomi.

Kondisi rakyat yang kian mengenaskan, semestinya menjadi pusat perhatian tuan pejabat. Bukan sebaliknya, memunculkan berbagai ide yang bertolak belakang dengan kondisi rakyat. Katanya wakil rakyat, tetapi kok justru hilang empati kepada rakyat. Tega mengecap fasilitas mewah di atas derita rakyat. Inikah sikap negarawan sejati?

Padahal semestinya, sikap negarawan sejati adalah selalu mendahulukan kepentingan rakyat. Pantang bersenang-senang di atas derita rakyat, sebab mereka merupakan pelayan bagi rakyat. Menjadi kewajiban merekalah untuk mengurusi dan menuntaskan segala problematika rakyat. Bukan sebaliknya, menggoreskan luka yang kian menganga di hati rakyat.

Alhasil, tuan pejabat ini, yang katanya wakil rakyat, perlu bercermin kepada Khalifah Umar bin Khattab r.a., sang negarawan sejati di masanya. Sejarah mencatat kisah Khalifah Umar r.a. dengan tinta emas, bagaimana beliau lebih memilih menahan lapar demi rakyat, saat paceklik melanda. Menolak memakan makanan yang enak saat rakyatnya kelaparan.

Bahkan, dalam suatu riwayat disebutkan, Khalifah Umar r.a. pernah berkata, “Wah, celaka! saya adalah seorang pemimpin yang terburuk, jika saya mendapatkan yang bagus-bagus saja, sementara rakyat mendapatkan sisa-sisanya.”

Pandemi yang belum juga mereda, semestinya menyuburkan empati tuan pejabat. Bersungguh-sungguh untuk mengangkat segala kesusahan hidup rakyat. Bukan sebaliknya, mencari seribu cara untuk menyelamatkan diri sendiri, sampai tak peduli tangisan dan jeritan derita rakyat.

Maka, tak ayal lagi, tersemat doa bagi tuan pejabat, sebagaimana doa Rasulullah Saw., “Ya Allah, barang siapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barang siapa yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya.” (h.r. Muslim). Wallahu’alam bishshawab.

Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan

Artikel Terkait

Back to top button