Iuran BPJS Dinaikkan: Jangan Bilang Demi Rakyat, Itu Dusta!
Sistem kapitalisme memang menghendaki negara berlepas tangan dari mengurusi rakyatnya. Ditunjuklah pihak swasta yang mengelola sektor publik. Profit oriented menjadi platform dalam penyelenggaran publik yang dilakukan oleh pihak ketiga. Pun demikian dengan BPJS, sejak awal pendiriannya telah diharapkan mendapatkan profit sehingga pemerintah bisa berlepas tangan.
Menyubsidi 150 juta rakyat itu terlalu besar bagi pemerintah kapitalisme yang pemasukan negara hanya dari pajak. Apalagi diminta menjamin kesehatan seluruh rakyat, mana mampu. Ketidakmampuan itu terlihat jelas ketika wabah corona melanda.
Sekali lagi, kita akan terus menyaksikan drama Turun-Naik BPJS selama masih mengadopsi sistem kapitalisme. Ketidakkreatifan penguasa mencari sumber pemasukan negara disebabkan kemalasan berpikir yang disuntikkan oleh sistem ini. Punya SDA yang banyak, ternyata dijual dan diserahkan ke pengusaha individu atau korporasi, asing, aseng, ataupun pribumi. Yang dilakukan penguasa hanya mengambil pajaknya yang tak sampai 10% dari hasil SDA yang dikeruk.
Sungguh sangat jauh berbeda dengan jaminan kesehatan yang dikelola oleh negara bersistem Islam kaffah. Ditopang oleh sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan, menjadikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan manusiawi bisa didapatkan oleh seluruh warga negara.
Will Durant dalam “The Story of Civilization” menulis, “Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak, sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya, Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160 telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit, tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis. Para sejarahwan berkata, bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.”
Keberhasilan peradaban Islam disandarkan pada kepemimpinan yang memiliki paradigma penyelenggaraan kesehatan yang benar. Bahwa pemimpin adalah pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Demikian pesan Nabi saw.
Bagaimana Khilafah bisa menyediakan kesehatan secara gratis, dananya dari mana? Pertama, dari zakat yang akan diserahkan kepada delapan asnaf yang berhak menerima zakat. Kedua, dari pemasukan negara (fai’, ghanimah, jizyah, ‘usyur, kharaj, khumus rikaz, harta ghulul pejabat dan aparat). Ketiga, dari harta milik umum seperti hutan dan SDA yang dikelola negara untuk diambil manfaatnya dan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan fasilitas publik seperti kesehatan. Jika dari ketiga pos tadi tidak mencukupi, baru negara boleh memungut pajak hanya kepada laki-laki dewasa yang kaya.
Jadi, jika tak ingin lagi didustai, beralihlah pada sistem Islam kaffah yang jaminan keberkahannya telah mendapat segel langsung dari Pencipta Semesta, Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 96:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Wallahu a’lam []
Mahrita Julia Hapsari, M. Pd
(Praktisi Pendidikan)