OASE

Jadikan Rajab Momentum Perubahan

Diibaratkan seperti proses seseorang yang bertani, maka Rajab adalah salah satu prosesnya, yaitu manabur benih.

Sebagaimana disampaikan dalam kalam ulama, Zun Nun Al-Misry rahimahullah mengatakan, “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram sementara Ramadan adalah bulan memanen. Semua akan memanen apa yang dia tanam dan mendapatkan balasan dari apa yang dilakukan. Siapa yang menyia-nyiakan kesempatan menanam, maka dia akan menyesal di waktu panen, hasilnya di luar harapan dan ujungnya adalah keburukan.”

Sebagian orang-orang saleh mengatakan, “Setahun bagaikan pohon, Rajab adalah hari-hari menyiramnya, Sya’ban adalah hari-hari berbuahnya. Dan Ramadan adalah hari-hari memanennya.” (Al-Gunyah, Al-Jailany, 1/326), Islamqa.info).

Rajab menjadi sebuah momentum perubahan yang tepat untuk bisa memetik hasil pada bulan Ramadhan. Karena siapa yang tidak menaman, maka tidak akan pernah memetik hasilnya.

Seseorang yang telah membiasakan dirinya memulai ketaatan jauh sebelum Ramadhan, akan menjadikannya lebih produktif saat Ramadhan tiba, karena fase menanam sudah terlewati dan sudah terbiasa dalam aktivitas tersebut.

Salah satu contoh yang sangat mudah diperhatikan adalah kebiasaan membaca Al-Qur’an, Ramadhan lekat kaitannya dengan bulan Al-Qur’an, maka jika tidak mulai membiasakan diri jauh sebelum Ramadhan tiba, akan merasa berat untuk membaca apalagi mengharamkan Al-Qur’an, pun segala altivitas ketaatan yang lainnya.

Tidak sekadar membaca Al-Qur’an, motivasi untuk melakukan perubahan menjadikan diri lebih taat telah disuasanakan dengan menjadikan Rajab, bulan Sya’ban, dan bulan Ramadhan sebagai bulan Haram yaitu bulan-bulan yang Allah berikan balasan berlipat pada setiap aktivitas ketaatan.

“Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian di dalamnya.” (QS. At Taubah: 36).

Sebagai individu, seorang muslim memiliki konsekuensi keimanan kepada Allah dengan menjalan syariat yang sudah dibebankan kepadanya. Menjaga ibadah mahdah, berpuasa, bersedekah, menjaga dari makanan yang haram dan lain sebagainya, merupakan bentuk penjagaan individu dalam rangka meningkatkan ketaatan.

Selain dari lini individu, masyarakat juga sangat berperan penting dalam membawa perubahan yang lebih baik seperti semarak ramadhan yang menjadikan orang berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.

Maka, menjadikan Rajab sebagai momentum perubahan adalah langkah awal membiasakan diri melakukan aktivitas kebaikan. Namun, bukan berarti menjadikan selain bulan Rajab sebagai momentum perubahan adalah langkah yang salah, karena perubahan sejatinya bisa dilakukan di setiap waktu dan kondisi. Baik ada bulan haram ataupun bulan-bulan umumnya.

Bersegara pada ketaatan tak harus menunggu memontem, tapi dengan adanya momentum Rajab ini sebagai motivasi untuk melipatgandakan kebaikan karena sebab kelalaian diri di hari lalu. Sebagiamana pula kematian yang tidak tahu menahu kapan tibanya, Rasulullah berpesan pada umatnya, dari riwayat Ad Daqqaq ra berkata:

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal; bersegera tobat, puas hati, dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda tobat, tidak rida dengan keadaan dan malas ibadah.”

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button