QUR'AN-HADITS

Jangan Membaca Al-Qur’an dengan Tergesa-gesa

Pada masa sekarang dimana teknologi dan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat, seringkali manusia merasa cukup dan puas dengan pengetahuan yang dimilikinya. Namun, mereka lupa bahwa ilmu yang didapatkannya bukan semata karena hasil usahanya melainkan karena karunia Allah SWT.

Bahkan Allah SWT telah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa ilmu yang sejati hanyalah milik-Nya, dan manusia senantiasa butuh untuk belajar serta berserah diri kepada-Nya.

Salah satu ayat yang menegaskan hal ini adalah Surah Ṭhaha ayat 114:

فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

“Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Janganlah engkau (Nabi Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai pewahyuannya kepadamu) dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”

Ayat ini berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, yang mana pada ayat sebelumnya telah dijelaskan kebesaran Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an dengan segala keistimewaannya, kemudian pada ayat ini dijelaskan betapa Allah maha tinggi yang ketinggian-Nya tidak dapat dijangkau oleh nalar serta tidak pula dapat dijelaskan dengan kata-kata. Sehingga, ayat ini menolak segala kekurangan dan prasangka buruk terhadap Allah serta menegaskan bahwa Al-Qur’an tidak dapat dipahami kecuali dengan kerunia Allah.

At- Thabari dalam kitabnya, mengenai ayat 114 surah Thaha ini beliau menjelaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang Mahatinggi dan Raja yang sesungguhnya. Artinya, sifat-sifat Allah, seperti kasih sayang dan kebijaksanaan-Nya, jauh lebih tinggi dibandingkan siapa pun. Dia memiliki kekuasaan yang sempurna, melebihi siapa pun yang berkuasa. Pengetahuan-Nya juga jauh melampaui ilmu manusia mana pun. Semua makhluk, tidak peduli seberapa kuat atau pintarnya mereka, mereka tetap membutuhkan Allah. Sebaliknya, Allah tidak membutuhkan siapa pun. Ketika disebut bahwa Allah adalah “Raja yang Sejati,” maksudnya adalah bahwa kekuasaan-Nya benar-benar milik-Nya secara mutlak. Meskipun ada raja lain di dunia, kekuasaan mereka bisa habis atau hancur, sedangkan kerajaan Allah kekal selamanya.

Kemudian, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar tidak terburu-buru membaca Al-Qur’an sebelum wahyunya selesai disampaikan. Ini karena setiap kali wahyu diturunkan, Nabi merasa khawatir akan melupakannya, sehingga beliau segera membacanya bersama Malaikat Jibril. Namun, Allah menenangkan beliau agar tidak terburu-buru, karena wahyu itu pasti akan dijaga. Sebaliknya, beliau diperintahkan untuk berdoa: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” Doa ini menunjukkan bahwa pengetahuan datang dari Allah, dan hanya dengan pertolongan-Nya, seseorang bisa memahami dan mengingat apa yang telah diajarkan.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini diawali dengan pensucian terhadap Allah yang maha benar, yang janji-Nya, para rasul-Nya, surga dan neraka-Nya benar, serta Allah maha adil sehingga tidak mungkin bagi Allah mengazab seseorang kecuali telah diberikan peringatan kepadanya.

Selanjutnya, “Janganlah engkau (Nabi Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai pewahyuannya kepadamu)” ini merupakan teguran yang ditujukan kepada Rasulullah sebab beliau tergesa-gesa mengikuti malaikat Jibril saat membacakan Al-Qur’an, bahkan sebelum selesai dibacakan kepadanya Rasulullah telah mengikutinya karena keinginannya yang sangat besar untuk menghafalnya dan juga beliau khawatir akan lupa jika tidak segera mengikutinya. Maka Allah mengajarkan cara yang lebih mudah yaitu dengan membacanya dengan tenang dan tidak tergesa, sebagaimana disebutkan pula pada ayat lain “Jangan engkau (Nabi Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur’an) karena hendak tergesa-gesa (menguasai)-nya sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan membacakannya Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu Kemudian, sesungguhnya tugas Kami (pula)-lah (untuk) menjelaskannya.”

Dalam tafsir Fi Zhilalil-Qur’an dijelaskan, Allah adalah Zat Yang Mahatinggi dan Raja yang sejati, yang kepada-Nya tunduk seluruh makhluk. Dalam kekuasaan-Nya, para pelaku kezaliman akan merugi, sementara orang-orang beriman yang saleh akan menemukan kedamaian di bawah perlindungan-Nya. Al-Qur’an merupakan wahyu dari sisi-Nya yang penuh kemuliaan, bukanlah kitab biasa, melainkan diturunkan dengan maksud dan hikmah yang agung.

Oleh sebab itu, tidak sepatutnya seseorang membacanya secara tergesa-gesa tanpa memahami isi dan maknanya. Yang lebih penting adalah memohon kepada Allah agar diberikan tambahan ilmu dan pemahaman yang benar karena ilmu yang sejati adalah ilmu yang datang dari Allah, dan ilmu semacam itu tidak akan sia-sia. Ia akan menetap, memberi manfaat, dan terus berkembang, layaknya pohon yang berbuah dan tidak akan terbakar.

Dengan demikian, sikap yang benar dalam menghadapi Al-Qur’an dan ilmu Allah adalah ketekunan, ketenangan, dan doa yang tulus agar ilmu tersebut benar-benar memberi cahaya dalam kehidupan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button