SUARA PEMBACA

Jangan Nodai Idulfitri dengan Promosi Bipang Ambawang

Tepuk jidat. Lagi-lagi kebijakan pemimpin negeri wakanda membuat rakyat mengusap dada.

Di saat himbauan larangan mudik keras digaungkan, sementara 127 warga negara India bebas melenggang ke tanah air melalui Bandara Soekarno-Hatta, kini masyarakat dibuat lagi riuh rendah dengan ajakan Pak Jokowi agar memesan makanan khas daerah kesukaan sebagai obat kangen kampung halaman yang mengandung keharaman.

Dalam pidatonya di Kompas TV, Jumat, 7 Mei 2021), menurutnya masyarakat tidak perlu ragu untuk memesannya secara daring. “Yang rindu makan gudeg Yogya, bandeng Semarang, siomai Bandung, pempek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan, dan lain-lainnya, tinggal pesan,” ucapnya. (Republika.co.id, 8/2021).

Masyarakat kaget karena satu di antara makanan khas bernama Bipang Ambawang yang berasal dari Kalimantan Barat itu merupakan olahan babi muda yang dipanggang.

Merasa dipromosikan oleh Pak Jokowi akun @bipangambawang merasa bangga dan berterima kasih. Namun, tidak bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam ini.

Tak ada asap jika tak ada api. Jokowi beraksi, netizen pun menanggapi. Mustofa Nahra Wardaya melalui akun Twitter-nya pada Sabtu, 8 Mei 2021 berkicau “Bipang Ambawang, Cita Rasa Babi Panggang Kampung. Contohin dong Pak Jokowi untuk order,”.

Kicauan Mustofa pun ditanggapi panas oleh Ferdinand Hutahaean. Yang menyatakan bahwa Musthofa tetap melakukan pelecehan terhadap Jokowi yang seorang Muslim dan tak mungkin memesan makanan tersebut (terkini.id/7/5/2021).

Rasa-rasanya heran, Jokowi adalah seorang Muslim dan terdapat keharaman Babi di dalam Islam. Tapi, kok dipromosikan. Berlebih lagi ini berkaitan dengan perayaan lebaran. Idul Fitri yang hakikatnya kembali kepada kepada kesucian, saling memaafkan segala kesalahan. Namun, justru momentum Idul Fitri dinodai dengan promosi Babi Muda Panggang bernama Bipang Ambawang.

Seharusnya sebagai seorang pemimpin bersikaplah lebih berhati-hati. Apalagi pemimpin negeri ini juga adalah seorang Muslim. Ada konsekuensi bagi seorang Muslim untuk senantiasa terikat hukum syara ketika bersikap dan berucap jika beliau memahami.

Adapun mengenai Bipang Ambawang yang dipromosikan, meski beliau sendiri tidak ikut makan. Tetap saja ini menyalahi. Mengingat babi jelas keharamannya di dalam Islam seperti yang difirmankan Allah Subhanahu Wata’ala.

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.” (QS. Al Baqarah: 173).

Ternyata keharaman Babi pun terdapat di dalam kitab umat selain Islam.

Kitab Taurat (Ulangan 14: 8).“Juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya”.

Adapun Islam telah memberikan penjelasan bahwa keharaman Babi menghantarkan pada keharaman menjual juga mempromosikannya meski kepada kaum kafir. Seperti yang dikabarkan dalam HR. Ahmad 2221, Abu Daud 3488, dan Ibn Hibban 4938.

Tidak pahamkah Bapak, bahwa mengonsumsi makanan haram akan menghantarkan pada kerasnya hati , sulit dinasihati bahkan menjadikan pribadi mudah condong berbuat maksiat. Sunguh miris ini dibiarkan, mengingat kondisi negeri ini yang perlahan berada dalam krisis keimanan juga ketakwaan kepada Sang Pencipta.

Jadi, baiknya Pak Jokowi segera meralat agar umat tidak melulu dibuat penat dengan kepemimpinannya.

Berlebih lagi shaum dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan, diharapkan untuk meraih ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala secara paripurna. Meraih kemuliaan dengan Islam agar diterapkan dalam setiao aspek kehidupan dalam bingkai kepemimpinan. Agar tak ada lagi sikap pemimpin yang menodai jelang Idul Fitri dengan promosi Bipang Ambawang ini. Wallahu’alam bishowab.

Ammylia Ummu Rabani, Pendidik Generasi Qurani.

Artikel Terkait

Back to top button