Jangan Salah Mengenal Dunia!

Hakikatnya ketika manusia hidup di dunia ini, dia telah memiliki seperangkat tata cara dalam menjalani kehidupannya. Tata cara atau pedoman hidup itulah yang menjadikan manusia tersebut menjalankan aktivitas berdasarkan pedemonan yang dimiliki.
Di samping itu, antar sesama manusia juga menganut keyakinan yang berbeda-beda dalam beragama, sedang ada pula yang berkeyakinan bahwa manusia itu ada dengan sendirinya tanpa Pencipta.
Agama atau diin dalam bahasa Arab, telah dirisalahkan langsung oleh Allah untuk umat manusia dengan perantara para Nabi. Peristiwa-peristiwa penciptaan alam semesta dan manusia juga dikabarkan oleh lisan para nabi, agar manusia tidak melenceng dari penuhanan dan mengesakan Allah Sang Pencipta.
Dalam Al-Qur’an, peristiwa bersejarah seperti kisah bani Israil pengikut nabi Musa, serta diutusnya Muhammad sebagai Nabi terakhir dan penutup serta penyempurna agama sebelumnya dengan ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin atau Islam yang membawa kasih sayang kepada seluruh alam.
Perbedaan keyakinan dalam beragama dewasa ini nyatanya menjadi sebuah malapetaka, bukan lagi Manusia yang tak mengenali pencipta, menihilkan peran Pencipta dalam mengatur kehidupan. Stephen Covey dalam buku best seller_nya, “The Seven Habits of Highly Effective People”, mengenalkan kepada kita tiga kluster kehidupan, yakni _public life, privat life, dan secret life.
Public life adalah kehidupan kita di tengah-tengah orang lain. Apa yang kita lakukan dan apa yang kita capai bisa dilihat atau disaksikan orang lain. Private life adalah kehidupan pribadi, yang hanya bisa dilihat dan diketahui orang-orang terdekat kita, atau kadang tak terlihat oleh siapapun. Ketika dalam public life kita melihat orang lain tampak lebih sukses daripada diri kita, kata Malcolm X, pasti orang itu melakukan sesuatu dalam private life-nya yang tidak kita lakukan.
Tak banyak orang tahu, jauh sebelum sejarah besar penaklukkan Konstantinopel terjadi, Huma Hatun, Ibunda Muhammad al-Fatih, sering membawa al-Fatih kecil ke atas bukit, memandangi benteng Konstantinopel dari kejauhan. Itu dilakukan sambil menceritakan nubuwah Nabi Saw. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, tentang benteng itu yang bakal ditaklukkan dan pujian bagi panglima dan tantara penakluknya. Itu dilkakukan Huma bahkan sejak al-Fatih masih di dalam kandungan.
Bagi seorang muslim sejati, self-awereness adalah kesadaran tentang asal-muasal dan misi serta ujung kehidupan dirinya sebagai manusia, yang didasarkan kepada conscience berupa tauhid, dengan imagination berupa kehidupan yang hasanah di dunia dan di akhirat. Semua itu menggerakkan diri (will power) untuk selalu taat kepada Allah SWT dalam seluruh keadaan.
Dalam kesadaran seorang Muslim, hidup tak lain untuk beribadah kepada Allah. Intinya, ketaatan penuh kepada seluruh perintah dan larangan Allah, dengan keyakinan bahwa seluruh ketaatan itu akan memberikan keberkahan pada hidup diri dan keluarganya, juga masyarakat dan negara, bahkan dunia. Disinilah energi perjuangan penegakan syariah secara kaffah demi keberkahan untuk semua dan kemengangan akhirat bersumber, dan menjadi penggerak utama para pengemban dakwah yang tak pernah padam.
Jadi, jelas sekali rona kehidupan public life sangat dipengaruhi oleh private life. Islam telah mengajari untuk menata kehidupan pribadi kita dengan sebail-baiknya; dengan takwa, doa, zikir, wirid dan ibadah.
Tentang iman, takwa dan kebiasaan shalat malam misalnya, ada nasihat bagus Syekh Adebali yang disampaikan kepada Osman, anak lelaku Ertugrul, yang kelak menjadi sultan pertama kesultanan Utsmani. Katanya, “siapa yang tidak menerangi diri, tidak akan bisa menerangi dunia. Siapa yang tidak bisa mengalahkan selimut dimalam harinya (untuk shalat malam), tidak akan bisa mengalahkan musuh di siang hari. Siapa yang tidak bisa menegakkan iman di rumahnya, tidak akan bisa membangun peradaban dunia.”
Bagi seorang Muslim, kesuksesan hakiki adalah kesuksesan di akhirat: masuk surga dan terhindar dari neraka. Inilah kemengan besar (fawz al-kabiir). Hanya ketaatan sempurna kepada Allah sajalah yang akan mengantarkan kepada kemenangan besar itu. Ketaatan membawa keridhaan Allah. Keridhaan Allah membawa pada keberkahan, berupa tambahnya selalu kebaikan dalam kehidupan dunia dan pahala di akhirat.