AL-QUR'AN & HADITS

Jauhi Banyak Prasangka

Prasangka adalah sikap yang tidak dapat dibenarkan atau tidak benar, lantaran biasanya negatif yang tertuju terhadap individu dan kelompok yang semata-mata didasarkan pada keanggotaan individu tersebut dalam suatu bentuk kelompok sosial.

Oleh karena itulah prasangka menjadi bagian dasar dari proses berpikir kompleks seseorang sehingga salah satu dari banyak penyebab dapat menjadi faktor, seperti penampilan seseorang, kebiasaan sosial orang lain yang tidak dikenal, atau bahkan jenis kendaraan bermotor yang dikendarai seseorang.

Di sisi lain, terdapat prasangka tidak hanya pada tingkat individu tetapi juga pada tingkat kelompok sosial, yang kadang disebut prasangka sosial. Prasangka ada dalam beberapa bentuk. Faktanya, banyak masyarakat memiliki berbagai jenis prasangka, seperti bias gender terhadap anggota perempuan dan prasangka rasial terhadap orang kulit berwarna.

Secara umum, prasangka baik akan mengantar seseorang melakukan sebab keselamatan. Sedangkan kalau melakukan sebab kecelakaan, berarti dia tidak ada prasangka baik.

Surah Al-Hujurat Ayat 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.

Ayat tersebut merupakan salah satu contoh yang memuat qiyas tamtsili yaitu amtsal yang menjelaskan suatu pemikiran tertentu dengan menggunakan tasybih atau tamtsil.

Dari Tafsir Ibnu Katsir, pada ayat 12 surah Al-hujurat, Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang beriman banyak memendam prasangka buruk, yakni mencurigai anggota keluarga, kerabat, dan orang lain dengan tuduhan yang tidak pantas dan jelek.

Oleh karena itu, sebagian dari hal-hal tersebut memang berdosa, maka untuk berjaga-jaga hindarilah sama sekali (dan jangan menyalahkan orang lain), yaitu jika ada di antara kalian yang mencoba melakukannya kepada orang lain.

Kata “atajasus” sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang buruk, seperti “aljasus” (mata-mata). Kata “attahassus” sering digunakan untuk menunjukkan kebaikan. Sebagaimana firman Allah SWT tentang Nabi Yaqub: “Pergilah anak-anakku, carilah berita tentang Yusuf dan saudara-saudaranya, dan jangan berputus asa dari rahmat Allah.(Surah Yusuf: 87)

Hal ini ditafsirkan oleh Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ketika Rasulullah Saw ditanya, “Ya Rasulullah, apa itu fitnah?” Rasulullah Saw bersabda, “Kamu bergosip tentang apa yang tidak disukainya.“Jika apa yang kamu bicarakan tidak ada dalam dirinya, kamu memfitnah dia; dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada dalam dirinya, itu berarti kamu menghasutnya.”

Ghibah atau menggunjing dilarang berdasarkan konsensus semua ulama, kecuali hal-hal yang dianggap bermanfaat atau nasihat, seperti al-jarh dan atta’dil. Perilaku lain apa pun dilarang keras, dan pelakunya akan diberi peringatan keras. Oleh karena itu, Allah SWT mengibaratkan pelakunya seperti memakan daging orang yang telah meninggal.

1 2 3Laman berikutnya
Back to top button