Jejak Ghirah “Revolusi Putih” HRS
Itulah warisan utama jejak ghirahnya “Revolusi Putih”, Islamlah yang mewujudkan kemurnian Pancasila sebagai dasar negara.
Dan luara biasanya, itulah pula yang dijadikan kajian disertasi doktornya di Universitas Malaysia: membuktikan seorang Habibana merepresentasikan keputusan final atas persetujuannya dengan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara murni NKRI. Beliaulah Pancasilais sejati, namun justru oleh musuh-musuhnya dianggap intoleran, radikal dan terorisme yang seolah mempertentangkan dan bertentangan dengan makna nilai-nilai Pancasila, yang sesungguhnya sudah bersenyawa dan menjadi bagian dari nilai-nilai universal Islam itu sendiri.
Meluruskan Jalan Bengkok
Maka, HRS itu sesungguhnya ingin mengubah dan meluruskan jalan bengkok yang selama Indonesia membangun dikuasai oleh dua kekuatan kelompok nasional-liberal-kapitalis dengan berganti kemudian kemunculan kelompok nasional-liberal-komunis.
HRS dengan ghirah “Revolusi Putih” itu ingin mewujudkan NKRI berdasar ideologi Nasional Religiusitas Islam-Pancasila untuk menuju kemakmuran Indonesia yang setara dan seadil-adilnya bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun, Habibana yang legendaris itu sebagai Imam Besar Islam Indonesia, ironisnya tengah mendekam di penjara namun tanpa tahu, tanpa ada alasan salah di mata tajam pedang hukum yang justru sedang menyayat tubuhnya perih keluar darah berasa ketidakadilan dan ketidakberadaan.
Jika rezim tak tahu malu ini tetap akan menodai ghirah “Revolusi Putih” itu, kelak bak pendulum menggulung bola salju dari langit, bukannya menghancurkan dirinya, bahkan akan menumbuhkan dukungan yang semakin besar dan kuar biasa bagi perjuangan dirinya menggerakkan perubahan bagi kemajuan Indonesia ke depan.
Akhirnya, dengan jejak ghirahnya “Revolusi Putih”, HRS-lah sesungguhnya yang akan mengarsiteki perubahan kemajuan Indonesia dengan dua cara: pertama, HRS yang akan memimpinnya sendiri dan atau kedua, nakhoda kepemimpinannya akan diserahkan kepada orang lain.
Pekerjaaan yang sesungguhnya sangat amat berat namun mulia bagi HRS itu tidak menghalanginya jika sampaikan kapanpun dia penjara.
Termasuk, nanti ketika 2024 Indonesia menandai transisi perubahan kepemimpinan Jokowi yang sungguh telah menyengsarakan dan menyesakkan rakyat karena belitan keras kekuasaannya. Waallahu a’lam Bisshawwab
Dairy Sudarman, Pemerhati Politik.