Jelang Ramadhan, MUI Gelar Silaturahmi dengan Ormas Islam dan Lembaga Filantropi Pembela Palestina

“Kami tetap melakukan komunikasi dengan berbagai mitra di Mesir. Kami akan buka dapur umum Indonesia di Gaza jika dimungkinkan. Sampai saat ini belum diizinkan. Artinya, gencatan senjata sekarang baru dirasakan di dalam negeri, belum dirasakan dalam penyaluran bantuan internasional. Baznas punya gudang di Mesir. Jika pintu Rafah dibuka, maka barang-barang di gudang bisa langsung ke sana, namun saat ini sulit mencari truk. Sebab satu truk yang masuk Gaza akan kembali dalam dua bulan,” tambah Prof. Noor.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini Baznas masih ada uang Rp220 M yang masih tersimpan untuk rekonstruksi Gaza.
“Kita ingin ada ‘kampung Indonesia’ di Gaza yang di situ ada masjid, sekolah dan sarana prasarana lainnya seperti apartemen. Harapan kami, MUI menjadi bagian penting dalam negosiasi antarulama,” tambahnya lagi.
Mantan Ketua Umum MUI Prof. Dr. Din Syamsuddin, menjelaskan, masalah Palestina adalah tragedi kemanusiaan paling buruk dalam sejarah umat manusia karena termasuk genosida. Menurut Din, rekonstruksi pasca gencatan senjata menjadi penting.
“Pernyataan Presiden AS Donald Trump untuk melakukan rekonstruksi sambil merelokasi warga Gaza harus kita tolak,” kata Prof. Din.
“Untuk itu, OKI harus mengeluarkan statemen bahwa rekonstruksi Gaza harus dilakukan oleh dunia Islam dan pihak luar tidak cawe-cawe. Aksi tersebut harus terus kita lakukan untuk menyelamatkan saudara kita di sana,” lanjutnya. []