INTERNASIONAL

Jenderal Iran Dihabisi AS, Mahathir: Saat Tepat Negara Muslim Bersatu

Kuala Lumpur (SI Online) – Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, negara-negara Muslim harus bersatu melindungi diri mereka dari ancaman-ancaman luar.

Hal ini diungkapkan Mahathir terkait pembunuhan jenderal Iran, Qassem Soleimani, oleh AS Jumat (3/01) lalu. Mahathir menyebut pembunuhan komandan militer Iran itu sebagai tindakan tak bermoral.

Perdana menteri tertua di dunia itu juga mengatakan bahwa serangan pesawat nirawak AS terhadap Soleimani adalah pelanggaran hukum internasional.

Pembunuhan Soleimani di Baghdad pada Jumat (3/1) telah mengundang kekhawatiran bahwa konflik akan meluas di Timur Tengah. Mahathir, 94 tahun, mengatakan bahwa pembunuhan itu juga bisa mengarah pada peningkatan tindakan “yang disebut dengan terorisme”.

“Ini saat yang tepat bagi negara-negara Muslim untuk bersatu,” kata Mahathir kepada para wartawan, Selasa (7/01).

“Kita sudah tidak aman. Kalau ada yang menghina atau mengatakan sesuatu yang tidak disukai seseorang, bisa saja orang itu dari negara lain menerbangkan drone dan mungkin menembak saya.”

Mahathir telah berupaya menjaga hubungan baik dengan Iran kendati AS menerapkan berbagai sanksi terhadap negara Timur Tengah itu. Warga Iran yang tinggal di Malaysia diperkirakan berjumlah 10.000 orang.

Pada Desember 2019, Mahathir menerima kunjungan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk menghadiri konferensi para pemimpin Muslim di Malaysia.

Selama konferensi tersebut, para pemimpin membahas upaya meningkatkan perdagangan, berdagang dengan saling menggunakan mata uang negara masing-masing serta menjaga hubungan dengan negara-negara non-Muslim.

Komentar Mahathir baru-baru ini menyangkut perlakuan kalangan Muslim di India serta kritiknya terhadap Organisasi Kerja Sama Islam, yang berpusat di Arab Saudi, telah mengganggu hubungan Malaysia dengan New Delhi dan Riyadh.

“Saya menyampaikan kebenaran,” kata Mahathir. “Kalau Anda berbuat sesuatu yang tidak benar, menurut saya, saya punya hak untuk berbicara.”

red: farah abdillah

Artikel Terkait

Back to top button