Jihad Intelektual AM Saefuddin

Nama Prof AM Saefuddin cukup terkenal di tanah air. Terutama bagi kalangan intelektual dan aktivis Islam yang memperjuangkan Islam di tanah air. Pak AM terkenal dengan Islamisasi ilmu dan ekonomi syariahnya. Ia mengampanyekan itu sejak tahun 80-an sampai sekarang.
Untuk menyosialisasikan Islamisasi ilmu dan sains ini ia menulis buku, makalah, artikel, menjadi pembicara dan lain-lain. Ia juga pernah menjadi Rektor Universitas Ibnu Khaldun Bogor untuk merealisasikan gagasannya ini. Selain itu, pria yang kini berusia 84 tahun itu juga tidak henti-hentinya kampanye pentingnya ekonomi Islam atau ekonomi syariah.
Pak AM lahir di Cirebon tanggal 8 Agustus 1940. Ia dididik orangtuanya dengan Pendidikan Islam dan umum. Ia memasuki dunia Pendidikan tinggi pada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor pada tahun 1959. Ketika itu, Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan memang berada di Bogor. Kemudian kedua fakultas itu melepaskan diri dari UI dan menjadi Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Pak AM kemudian melanjutkan Pendidikan pasca sarjana di Universitas Justus Liebig di Giessen, perguruan tinggi Jerman yang didirikan pada abad ke-17, kemudian memperoleh gelar Ph.D.
Sekembali dari Jerman Pak AM aktif mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dengan mengajar maupun menulis. Ia juga aktif dalam dakwah Islam baik di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia maupun di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ketekunannya dalam dunia pendidikannya ini membawanya menjadi Guru Besar di Fakultas Pertanian IPB. Selain mengajar di IPB Bogor, ia juga mengajar di Universitas Ibnu Khaldun dan Universitas Juanda Bogor.

Yusril Ihza Mahendra menyatakan pendapatnya tentang Pak AM, ”Pak AM bukan sekedar cendekiawan. Beliau seorang akademisi yang berlatarbelakang Pendidikan tinggi di bidang pertanian, sosiologi dan ekonomi pertanian yang mencapai derajat akademis tertinggi sebagai Doctor of Philosophy. Beliau juga seorang guru besar, yang menunjukkan beliau memegang jabatan akademik tertinggi di sebuah perguruan tinggi. Tetapi lebih daripada itu semua, Pak AM menelaah bidang-bidang ilmu pengetahuan sehingga mampu melahirkan gagasan-gagasan baru yang disebut sebagai Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Seorang akademisi kadang terperangkap dengan spesialisasi ilmu pengetahuan yang di dalamnya dan enggan menoleh ke bidang lain. Pak AM mencoba untuk mengintegrasikan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan mengembalikannya kepada dasar-dasarnya yang kita temukan di dalam filsafat ilmu pengetahuan…”
Selain aktif dalam dunia pergerakan Islam, Pak AM juga aktif menulis artikel, makalah atau buku. Puluhan artikel yang telah ditulisnya di media massa. Buku yang ditulisnya lebih dari 30 buah. Ia pun sering ke luar negeri untuk menjadi pembicara seminar, menjalin Kerjasama atau agenda-agenda lainnya.
Buku-buku yang ditulisnya antara lain: Islamisasi Sains dan Kampus, Membumikan Ekonomi Islam, Antara Jerman dan Makkah, Desekulerisasi Demokrasi Landasan Islamisasi Politik, Integrasi Ilmu dan Islam, Ijtihad Politik, Indonesia Dari Reformasi ke Masyarakat Madani, Dari Cendana ke Reformasi, Empat Pilar Ekonomi Syariah dan lain-lain.
Di dunia pesantren, Pak AM juga banyak berkiprah. Sedikitnya ada lima pesantren yang ia dirikan bersama koleganya, yaitu: Pesantren Ulil Albab di UIKA Bogor, Pesantren Tarbiyatun Nisa, Pesantren Huffazh Anak-Anak Nurul Qur’an, Pesantren Ummul Quro dan Pesantren al Fathonah Cirebon.
Selain pernah menjadi dosen dan rektor, pak AM juga pernah menjadi anggota DPR dari PPP dan Menteri Negara Pangan dan Holtikultura, 1998-1999.
Program Islamisasi Sains yang didengungkan Pak AM tahun 80-an itu, ada beberapa hal yang melandasinya:
Pertama, keprihatinannya atas dominasi ilmu pengetahuan Barat sekuler yang berlaku di kampus-kampus seluruh Indonesia, yang tidak terhubung dengan Al Quran yang diyakini umat Islam sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Lebih memprihatinkan lagi perguruan tinggi Islam yang bertumbuhan pun menerapkan daras (text book, pedoman pengajaran dosen di perguruan tinggi) berdasarkan pedoman Pendidikan Barat sekuler. Ini menunjukkan paradigma Pendidikan yang tersesat.