Jihad Menurut Al-Qur’an
Di zaman ini, kaum Muslim lebih baik mendulukan perundingan atau musyawarah dalam mengatasi berbagai kezaliman di negeri ini. Insya Allah dengan cara diplomasi, umat Islam akan menggapai kemenangan. Dengan kata lain, bila perang fisik kita bersikap defensif, bila perang pemikiran (termasuk dakwah), kita harus ofensif.
Dalam surat Ali Imran 142, Allah SWT menyatakan, ”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
Di ayat ini Allah menggandengkan jihad dan sabar. Ya dalam berjihad melawan musuh-musuh Islam, kaum Muslim harus sabar. Dalam peperangan melawan zaman Belanda dulu, para pejuang kita sabar meninggalkan istri, anak-anak dan harta benda di rumah. Dan dalam perang fisik saat itu taruhannya adalah nyawa. Mereka tidak takut menghadapi kaum kafir yang zalim, karena bila harus mati, maka kematian adalah syahid dan dijamin Allah di al Jannah. Dan bila tetap hidup, akan hidup mulia, karena hidup untuk menegakkan keadilan dan menghilangkan kezaliman.
Ayat ini bisa pula dimaknai bahwa untuk mencapai kesuksesan, baik di dunia maupun akhirat harus bersungguh-sungguh dan sabar. Misalnya, orang ingin menjadi penulis, maka ia harus belajar sungguh-sungguh dan sabar. Sungguh-sungguh tapi tidak sabar –misalnya tulisannya ditolak redaksi- ia putus asa, maka ia tidak berhasil. Bersabar tanpa sungguh-sungguh juga tidak berhasil.
Dalam surat al Ankabut ayat 69, Allah SWT menyatakan, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Di ayat ini Allah menyatakan bahwa orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalanNya, akan diberi petunjuk. Ia yang setiap hari tahajud, belajar sungguh-sungguh, berdakwah sungguh-sungguh, mengeluarkan semua usahanya sungguh-sungguh untuk kejayaan Islam, maka Allah akan berikan jalan. Allah akan berikan jalan, ia kan dipertemukan Allah dengan orang-orang yang serupa. Ia akan bersama-sama mereka berjalan dan berjuang menegakkan risalah Ilahi. Risalah yang akan membuat manusia bahagia di dunia dan akhirat.
Mereka yang berjihad, berdakwah dan berbuat baik di jalan Allah dilarang untuk pesimis. Karena Allah sendiri yang membersamainya, Allah sendiri yang akan melindungi dan membahagiakannya. Orang lain mungkin melihat orang yang berjuang di jalan Allah itu menderita, tapi mereka salah. Orang itu bahagia. Lihatlah misalnya Sayid Qutb yang dipenjara puluhan tahun dan dihukum mati oleh pemimpin yang zalim, Gamal Abdul Nasser. Orang mungkin melihat Sayid Qutb sengsara. Penglihatan mereka salah. Sayid Qutb bahagia menegakkan Islam, kalau ia sengsara ia tidak mungkin bisa menulis buku dan Tafsir Al-Qur’an di kerangkeng besi. Begitulah para pejuang Islam. Pemimpin-pemimpin yang zalim hanya bisa memenjarakan fisiknya, tapi akal dan hati para pejuang Islam itu tetap bebas dan bahagia berhubungan dengan RabbNya. Berhubungan dengan Rabb Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Dalam surat al Hujurat 15, Al-Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Di ayat ini, Allah SWT melarang kita ragu-ragu dalam memperjuangkan Islam, dalam berjihad di jalan Allah. Kita harus yakin bahwa Allah akan menolong kita. Allah akan menolong hamba-hambaNya yang beriman dan berjuang di jalanNya. Ayat ini juga menjelaskan bahwa jihad harta lebih didulukan daripada jihad nyawa. Kenapa banyak ayat Al-Qur’an mendulukan jihad harta lebih dulu daripada jihad nyawa? Ya, mereka yang pelit terhadap harta, juga pelit dalam nyawa. Mereka yang yakin akan pahala Allah bagi orang yang bersedekah, akan menjadi orang yang dermawan dalam kehidupannya. Tanah air kita dan dunia akan menjadi adil dan makmur, bila masyarakatnya masyarakat dermawan, masyarakat yang suka bersedekah. Bukan masyarakat pelit, masyarakat yang diatur oleh pajak yang membelit.
Dalam surat at Taubah ayat 44-45, Allah SWT menjelaskan, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin (untuk tidak ikut) kepadamu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu (Muhammad), hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan.”
Dalam ayat ini dipaparkan bahwa bila seseorang imannya benar, maka ia tidak ragu-ragu lagi berjihad di jalan Allah. Ia yakin bahwa perjuangannya melanjutkan misi para Nabi ini akan menemui kemenangan. Ia yakin perjuangannya itu akan membawa kebaikan bagi tanah air dan dunia.
Dalam surat ash Shaf ayat 10-12, Al-Qur’an menjelaskan, “Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui,niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.”