NUIM HIDAYAT

Jihad Menurut Al-Qur’an

Jihad adalah lafaz yang mulia dalam Islam. Musuh-musuh Islam mengampanyekan bahwa jihad adalah kata yang mengerikan. Mereka mengindentikkan jihad dengan perang dan pedang.

Apakah makna jihad yang sebenarnya? Ibnul Manzhur dalam Lisanul Arab menyatakan bahwa jahd atau juhd artinya kekuatan, kekuasaan atau kesanggupan. Ia juga berarti masyaqah, kesukaran atau kesulitan. Kata jahd sama dengan kata thaqah dan wus’a, yang artinya kekuatan dan kesanggupan. Kata jahada-yajhadu-jahda dan kata ijtahada maknanya sama dengan kata jadda, bersungguh-sungguh.

Menurut Ensiklopedia Hukum Islam, kata al jihad, berasal dari kata juhd atau jahd. Juhd berarti mengeluarkan tenaga, usaha atau kekuatan dan jahd berarti kesungguhan dalam bekerja. Maka secara semantik, kata al jihad berarti mengerahkan tenaga dan kemampuan.

Menurut Imam Raghib al Isfahani (ahli bahasa Al-Qur’an), kata al jihad di dalam Al-Qur’an mempunyai tiga arti, yaitu : 1. Berjuang melawan musuh nyata 2. Berjuang melawan syetan 3. Berjuang melawan nafsu. Sedangkan Ibnu Qayyim al Jauziyah menyebutkan bahwa jihad terdiri dari empat tingkatan : 1. Jihad terhadap nafsu 2. Jihad terhadap syetan 3. Jihad terhadap orang-orang kafir (yang memusuhi Islam) 4. Jihad terhadap orang-orang munafik.

Syekh Abdullah Azzam, tokoh mujahidin Afghanistan menyatakan bahwa jihad adalah mengorbankan jiwa dan harta dalam rangka membela agama Allah dan melawan musuh-musuhNya. Ia mengutip hadits riwayat Shahih Muslim, ”Berjihadlah kamu sekalian dengan harta, lidah dan jiwa kalian.”

Beberapa makna jihad dalam Al-Qur’an, misalnya coba kita lihat dalam surat at Taubah 19.  Allah SWT berfirman, “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang zalim.”

Di sini Allah menyatakan keutamaan orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah daripada orang yang memberi minum di waktu haji dan mengurus masjidil haram. Padahal kedua pekerjaan itu mulia, tapi jihad jauh lebih mulia. Karena jihad taruhannya hilangnya harta dan jiwa. Orang yang berjihad di jalan Allah, ia telah mempersembahkan harta dan jiwanya kepada Allah.

Dalam surat al Ankabut ayat 6, Allah menyatakan,”Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”

Ayat ini bermakna bahwa orang yang benar-benar berjihad di jalan Allah, maka Allah akan membaguskan akhlaknya. Ia akan bersikap ramah terhadap sesama Muslim dan tegas terhadap orang kafir. Ayat ini bisa dimaknai pula bahwa siapa yang bersungguh-sungguh, kesungguhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri. Yakni mereka yang bersungguh-sunguh belajar misalnya, maka ia akan berhasil menjadi orang yang pandai (bijak). Orang yang bersungguh-sungguh dalam suatu hal, ia akan berhasil dalam hal itu.

Dalam surat al Baqarah 218, Al-Qur’an menyatakan, ”Dalam Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat  Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dalam ayat ini, Allah SWT menggandengkan iman, hijrah dan jihad. Apa maknanya? Maknanya bahwa iman harus dibuktikan dengan hijrah. Hijrah dari perbuatan buruk ke perbuatan buruk, hijrah dari tempat maksiyat ke tempat taat dan seterusnya. Perempuan yang tadinya tidak berjilbab kemudian berjilbab, ia harus pindah lingkungan ke perempuan-perempuan yang berjilbab. Bila tidak, ia bisa terpengaruh dengan lingkungan tidak berjilbab itu dan akhirnya mencopot jilbabnya. Setelah ia hijrah, maka seseorang harus berjihad di jalan Allah. Jihad memerangi hawa nafsunya yang mungkin mengajaknya lagi perbuatan maksiyat. Berjihad memerangi orang-orang kafir yang menzalimi kaum Muslim dan seterusnya.

Dalam era internet saat ini, perjuangan atau jihad dengan pemikiran lebih dibutuhkan dengan jihad fisik. Dalam era sekarang, mereka yang menggunakan senjata api untuk menindas bangsa lain (seperti yang dilakukan Israel atau tentara Myanmar) jelas akan dimusuhi ‘manusia sedunia’. Abad ini adalah abad perdamaian, abad berbagi kebaikan, abad diplomasi, abad berunding, abad musyawarah bukan abad perang fisik seperti zaman dulu.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button