INTERNASIONAL

Jubir IIA: NATO Sekarang Butuh Diplomasi dengan Afghanistan

Doha (SI Online) – Imarah Islam Afghanistan (IIA) mengatakan bahwa waktu untuk sok kuasa NATO telah berakhir dan bahwa organisasi tersebut sekarang membutuhkan Afghanistan, membuat pernyataan mengenai Afghanistan sesuai dengan prinsip-prinsip diplomatik yang baik.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Ariana News minggu ini, Zabihullah Mujahid, Wakil Menteri Informasi dan Kebudayaan dan Juru bicara Imarah Islam, mengatakan upaya NATO di Afghanistan gagal dan bahwa semua kontak di masa depan harus melalui diplomasi.

“Sekretaris Jenderal NATO, untuk sementara, mungkin merasakan sakitnya dan berbicara tentang kegagalan mereka, tetapi mereka harus tahu bahwa waktu untuk serangan sudah berakhir; terbukti dua puluh tahun yang lalu bahwa tindakan ini tidak berhasil dan harus diselesaikan melalui diplomasi, ” kata Mujahid.

Ini terjadi setelah kepala NATO Jens Stoltenberg mengatakan pekan lalu bahwa NATO harus tetap waspada dalam melacak perkembangan di Afghanistan.

“Tugas utama sekarang adalah melakukan apa pun yang kami bisa untuk melestarikan sebanyak mungkin pencapaian yang kami buat dalam terorisme,” kata Stoltenberg

“Itu berarti meminta pertanggungjawaban pemerintah Taliban IIA) atas janji-janji mereka tentang terorisme, … tetapi juga untuk siap menyerang di cakrawala, jarak jauh, dan untuk tetap waspada sebagai sekutu NATO, untuk mengikuti dan memantau dengan cermat setiap upaya untuk menyusun kembali kelompok teroris internasional di Afghanistan yang membidik kami.”

Namun Mujahid mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Ariana News, yang disiarkan pada Senin malam, bahwa Imarah Islam tidak akan pernah membiarkan Afghanistan digunakan sebagai pusat perang proksi antara kekuatan dunia, termasuk China dan Amerika Serikat.

Mengenai tuntutan masyarakat internasional agar perempuan diberikan hak atas pendidikan dan pekerjaan, Mujahid mengatakan bahwa Imarah Islam akan mempertimbangkan untuk memberikan perempuan hak atas pendidikan dan pekerjaan tetapi pertama-tama perlu mendiskusikan hal ini dengan para ulama Islam.

“Ada kebutuhan di masyarakat; perempuan juga butuh pekerjaan, untuk implementasinya Imarah Islam Afghanistan telah berbagi masalah dengan Ulama Islam, sehingga masalah ini bisa dibicarakan,” kata Mujahid.

Selama lebih dari dua dekade, Pakistan telah dituduh mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan tetapi Mujahid mengatakan Afghanistan adalah negara merdeka dan bahwa Pakistan tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri negara itu.

“Saya harus mengatakan 100% bahwa kami tidak ingin ada yang ikut campur, termasuk Pakistan. Kami adalah negara merdeka. Kami tidak menerima intervensi ini. Pakistan adalah negara yang terpisah. Kami tidak ingin ikut campur dalam urusan mereka dan mereka tidak bisa ikut campur (dalam urusan Afghanistan),” kata Mujahid.

Red: Agusdin/Ariana News

Artikel Terkait

Back to top button