SOSOK

Kak Seto: Setiap Anak Memiliki Keunikan

Gerakan tujuh kebiasaan anak Indonesia diluncurkan, apakah ini bisa menjawab tantangan membangun anak-anak muda yang kuat dalam menghadapi masa depan yang tidak ringan?

Saya baca program Pak Menteri, ya memang begitu, harus ada keseimbangan, ada asupan makanan bergizi, ada istirahat, juga ada olah raga, tidak ‘mager.’

Saya menyebutnya mungkin dengan program Gembira. G-gerak, olahraga, kemudian E-emosi cerdas, kecerdasan emosional memegang peran penting dengan bersosialisasi, tidak mudah tersinggung, tidak gampang bermusuhan. M-makan minum berkualitas, bergizi, B-beribadah, atau bersyukur bahagia, I-istirahat cukup, tidur cepat, R-rukun, unsur bermasyarakat ramah bergaul, A-aktif belajar atau gemar belajar.

Belajar tidak selalu akademik, bisa keterampilan, seni gamelan, menari dan sebagainya, untuk mendapatkan pengalaman baru. Sudah pas betul program Pak Menteri.

Mendikdasmen Abdul Mu’ti bilang dalam mendukung  program wajib belajar 13 tahun,  perlu membangun anak-anak muda yang kuat dalam religiusitas dan spiritualitas, pendapat Anda?

Kecerdasan spiritual, pelajaran agama ini penting bukan hanya dihafalkan, tapi dipraktikkan, dikerjakan, dan harus dengan cara dicontohkan oleh para pendidik. Sekarang ini kalau mimpi punya anak penurut malah sering gagal. Karena apa, di depan orang tua nurut, di belakang nggak nurut.

Setiap anak memiliki keunikan masing-masing, bahwa semua anak itu hebat, autentik dan tidak terbandingkan. Dalam keluarga tidak lagi  diterapkan cara-cara otoriter harus begini, begitu, anak malah kabur, antara fight atau fly, kabur ke kamar main gadget jadinya malah terpapar hal-hal negatif.

Segala sesuatu melalui kerjasama sebagai supertim. Kenapa kita harus menjalankan ibadah, dengan menjalani ibadah menjadi lebih tenang, hidup lebih fokus, teratur.

Di sekolah juga begitu, anak harus ada kesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga anak menjalankannya berdasarkan motivasi internal, bukan eksternal.

Apa saran Anda agar tujuh kebiasaan itu bisa diimplementasikan secara masif sebagai gerakan nasional?

Diperkenalkan dengan cara ramah anak dan diteladankan. Saya tanya pada anak-anak, Rasulullah Saw tidur jam berapa, selesai shalat Isya, jadi cukup istirahat, bangun shalat tahajjut sampai shalat subuh tetap segar, bisa dilanjut olah raga. Saya juga praktikkan olah raga murah meriah, kalau hujan lompat-lompat, kalau terang lari-lari.

Pengalaman kami di Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) tahun 2018 mencetuskan Sasana, dari kata Saya Sahabat Anak. 

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button