JEJAK SEJARAH

Kampung Al-Munawar, Jejak Orang Arab di Palembang

Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi kebudayaan, salah satu aset kebudayaan Indonesia yang perlu diperlihara dan dilindungi adalah kebudayaan material, yakni peninggalan-peninggalan sejarah, yang diantaranya adalah bangunan, situs, dan benda-benda.

Peninggalan-peninggalan tersebut menjadi suatu cagar budaya yang keberadaannya memiliki nilai penting bagi sejarah, agama, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.

Cagar budaya setidaknya penting digunakan untuk memupuk kesadaran jati diri bangsa dan mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa.

Di Palembang, Sumatera Selatan, ada banyak cagar budaya, salah satunya adalah situs budaya Kampung Arab Al-Munawar.

Masuknya Orang Arab di Palembang

Membaca waktu kedatangan orang-orang Arab di Sumatera, khususnya di Palembang selalu berkaitan dengan kedatangan Islam. Arab dan Islam merupakan dua hal yang berbeda, namun Islam bisa sampai ke Indonesia salah satunya dibawa oleh orang-orang Arab.

Menurut beberapa sumber sejarah, sebagaimana disampaikan Snouck Hugronje bahwa Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-12 dan mulai menyebar ke Jawa pada abad ke-15.

Sedangkan menurut sumber lain, kedatangan Islam di Sumatera telah ada sekitar abad ke-7 dan abad ke-8. Pada periode ini Kerajaan Sriwijaya tengah mengembangkan kekuasaanya, namun pedagang muslim telah ada dan bermukim di tepi sungai besar atau pantai bersama dengan pedagang lainnya dari Cina dan India (Dhita, 2021).

Dalam sumber berita Arab menyebutkan bahwa orang-orang Arab singgah di Palembang sebelum melanjutkan perjalanan ke China, mereka singgah di Palembang untuk menunggu angin muson ke Cina dan daerah Sumatera adalah tempat singgah yang strategis. Beberapa ahli menyebutkan bahwa umumnya kelompok etnis Arab yang datang ke Indonesia, termasuk Palembang berasal dari Hadramut Yaman.

Awal masuknya orang Arab di Sumatera pertama kali melabuhkan kapalnya di Aceh, rute yang dilewati mulai dari Arab, kemudian teluk Persia pulau paling ujung India ke teluk Benggala melalui Pantai barat Sumatera.

Awalnya mereka masuk untuk berdagang dan kemudian menyebarkan agama Islam di Sumatera. Sambil menunggu arah mata angin dan menyebarkan Islam, sebagaimana diungkapkan M.C.Ricklefs, mereka melakukan pernikahan dan menigkuti gaya hidup lokal, sehingga mereka menjadi orang Jawa atau Melayu atau termasuk dalam anggota suku tertentu. Sehingga disebutkan juga bahwa jalur pernikahan merupakan salah satu saluran penyebaran Islam selain berdagang, dakwah, dan pendidikan (Rusdi, 2022).

Sejarah Kampung Arab Al-Munawar Palembang

Sejak Sultan Abdurrahman kholifatul Mukminin Sayidul Imam atau Ki Mas Hindi dari Kesultanan Palembang menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Orang-orang Arab mendapatkan perlakuan Istimewa, orang-orang Arab banyak yang menjadi ulama atau penasehat sultan. Hal itu diperkuat dengan bukti arkeologis, yakni letak pemakaman mereka berada di sebelah makam sultan diantaranya adalah, Sayyid Muhammad bin Ali Al-Haddad, Sayyid Mustofa Alaydrus, Sayyid Idrus bin Abdullah Alaydrus, dan Sayyid Ali bin Aqil Al-Mussawa (Syukri, 2016).

Bahkan relasi sosiologis tersebut semakin nyata ketika Sultan Mahmud Badaruddin II menikahkah anak-anaknya dengan orang-orang Arab atau sayyid, seperti Denayu Azimah yang menikah dengan Sayyid Umar bin Abdullah Assegaf dan Denayu Maliyah dengan Sayyid Gasim bin Ali Baraqbah.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button