JEJAK SEJARAH

Sungai Musi dan Peradaban Islam di Palembang

Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai peradaban muncul di sepanjang aliran sungai. Di dunia ini ada banyak sungai yang dikemudian hari melahirkan peradaban dunia. Beberapa contohnya adalah peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho) di China. Lembah Sungai Kuning memiliki peran yang sangat penting sebab di tempat inilah dimulainya dinasti awal China oleh Kaisar Kuning sekitar 2700 SM.

Kemudian ada peradaban Mesopotamia yang terletak di antara dua aliran sungai Tigris dan Eufrat. Kata Mesopotamia sendiri berasal dari kata Yunani kuno mezo yang artinya tengah dan potamus yang artinya sungai. Kemudian ada peradaban Sungai Indus yang dimulai sekitar 3000 SM (Kusuma, 2022). Sedangkan di Indonesia ada salah satu sungai yang kemudian juga membawa peradaban, yakni Sungai Musi di Sumatera Selatan.

Sungai Musi dan Peradaban Islam

Sudah sejak dahulu terdapat hubungan antara kehidupan manusia dengan sungai. Tempat tinggal manusia banyak yang berada berdekatan dengan sungai, karena di dalam kehidupan manusia membutuhkan air. Selain itu, sungai juga sudah lama dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan manusia seperti irigasi, perikanan, pariwisata, dan bahkan sarana transportasi.

Sungai Musi merupakan sungai yang mengalir di wilayah provinsi Sumatera Selatan. Sungai sepanjang 720 kilometer ini menyusuri dan membelah kota Palembang menjadi dua bagian, yakni Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan.

Bagi warga Palembang, Sungai Musi telah menjadi bagian hidup mereka. Banyak dari warganya, mengandalkan sungai ini sebagai mata pencaharian. Ketertarikan masyarakat dengan sungai ini yang pada akhirnya membuat kota Palembang dijuluki “Venice of the East” (Venesia dari Timur) (Pasha, 2025).

Menurut Bambang Budi Utomo, sungai menjadi pintu masuk budaya luar ke Sumatera dan berbagai tempat lain di Nusantara. Selain itu, menurut Bambang, Sumatera juga telah tercatat lama dalam berita Tiongkok. Disebutkan ada sebuah tempat bernama Mo-lo-yeu, nama ini identik dengan pulau Sumatera bukan kerajaan.

Baca juga: Masjid Shiratal Mustaqim: Jalan yang Lurus di Tepian Mahakam Samarinda

Di pulau Mo-lo-yeu terdapat beberapa pusat kekuasaan. Semuanya berada di dekat sungai, seperti Shi-Li-Fo-Shih berada di Sungai Musi, Cha-pi berada di Sungai Batanghari, To-lang-po-hwang di Sungai Tulangbawang (Putri, 2021).

Secara ekonomi, Sungai Musi sejak zaman dahulu dikenal sebagai urat nadi perekonomian Palembang. Peran penting Sungai Musi ini tidak hanya bagi masyarakat Palembang, tetapi masyarakat di sekitar Palembang. Bahkan, Sungai Musi merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya kota Palembang sebagai kota perdagangan terpenting di Asia Tenggara bahkan dunia.

Berdirinya Kerajaan Sriwijaya juga tidak bisa lepas dari peran penting Sungai Musi. Pada abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya telah berperan penting dalam perdagangan Asia. Bukti-bukti arkeologi yang ditemukan di bekas kota Sriwijaya menunjukkan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan dagang dengan tempat lain. Di sinilah kemudian terlihat peran penting Sungai Musi bagi Kerajaan Sriwijaya. Sebab lewat Sungai Musi, kebutuhan komoditi dari wilayah pedalaman dapat diangkut dengan perahu melalui pusat kerajaan.

Adapun peradaban Islam yang masuk ke Sumatera Selatan melalui Sungai Musi dapat dijumpai pada bangunan kesultanan, masjid, pemukiman, dan pemakaman. Di Sumatera Selatan terdapat beberapa kerajaan seperti, Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II (1776-1803), dari Kesultanan Palembang, mendirikan Keraton Kuto Besak. Pembangunan Keraton Kuto Besak dimulai pada 1780 dan diresmikan pada 21 februari 1797.

Keraton Kuto Besak ini terbentuk memanjang atau membujur dari arah barat ke timur sepanjang tepian utara Sungai Musi. Selain keraton, pengaruh Islam terhadap peradaban Islam di Palembang adalah masjid. Paling tidak ada lima masjid tua yang di kota Palembang, yakni, Masjid Agung Palembang, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Marogan, Masjid Suro, dan Masjid Agung Sultan.

Masjid Ki Marogan dibangun oleh Kiai Masagus Haji Abdul Hamid bin Mahmud (Ki Marogan). Ki Marogan membangun masjid berada di pertemuan Sungai Ogan dengan Sungai Musi pada tahun 1871 M. Selain itu ada pemakaman, salah satunya adalah makam Kawah Tekurep yang berada di Kelurahan 3 Ilir, Palembang. Makam ini merupakan bangunan batu pertama yang dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I. Makam ini dikemudian hari dijadikan sebagai makam raja-raja Kesultanan Palembang.

Perkembangan Islam yang lain dan tumbuh di Palembang adalah adanya pemukiman perkampungan Arab. Perkampungan Arab ini tidak lepas dari Kesultanan Palembang, sebab atas jasa keturunan Arab. Sultan Palembang kemudian memberikan kebebasan berupakan pemukiman. Pola penyebaran pemukiman Arab di Palembang lebih berorientasi pada Sungai Musi, baik di Seberang Ilir ataupun di Seberang Ulu.

Kampung Arab di Iliran, misalnya ada di Lorong Asia dan Kampung Bayas, Kecamatan Ilir Timur. Sementara kampung Arab di daerah Uluan terdapat di Lorong Sungai Lumpur, Lorong Al-Munawar, Lorong Al-Haddad, Lorong Al-Habsyi, dan Lorong Al-Kaff di Keluruhan 14 Ulu, dan Kampung Assegaf di Kelurahan 16 Ulu (Farida, 2019).

Dari kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa Sungai Musi bukan saja menjadi tempat kehidupan semata, seperti ekonomi. Melainkan sebagai sebuah titik munculnya peradaban. []

Dimas Sigit Cahyokusumo, Penikmat Tasawuf dan Sejarah asal Jakarta.

Artikel Terkait

Back to top button