Karena Ujian Manusia bisa Dimuliakan atau Dihinakan
Hampir semua manusia tidak menginginkan ujian dan musibah datang, padahal melalui tahapan tersebut, Allah Ta’ala ingin membuat hambanya berada pada kondisi kebaikan dalam mengarungi samudera kehidupan dunia.
Allah Ta’ala menguji untuk melihat manakah dari sifat-sifat mulia seperti ikhlas, jujur, sabar, lapang dada, semangat berbuat baik yang nampak pada diri manusia sehingga bisa memutuskan atau mengangkat derajatnya Ataukah sebaliknya terpuruk dengan ujian tersebut, mencela, protes terhadap keputusan Allah, menyerah kepada dunia dan manusia, emosi dan balas dendam, serta malas melakukan kebaikan yang semua ini hanyalah menjadikan hina dan merendahkan derajat seseorang.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
لَوْلاَ هَذَاالاِبْتِلاَءُ والاِمْتِحَانُ لَمَا ظَهَرَ فَضْلُ الصَّبْرِ وَالرِّضَاوَالتَّوَكُّلِ وَالْجِهَادِ وَالْعِفَّةِ وَالشَّجَاعَةِ وَالْحِلْمِ وَالْعَفْوِوَالصَّفْحِ
“Kalau bukan karena ujian dan cobaan maka tidak akan terlihat keutamaan sabar, ridho, tawakkal, jihad, kemuliaan menjaga kehormatan diri, keberanian, keutamaan memaafkan dan berlapang dada” (Syifaaul ‘Alil)
Allah Ta’ala, berfirman:
فَأَمَّا الْإِنْسٰنُ إِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهُۥ فَأَكْرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكْرَمَنِ
“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku.” (QS. Al-Fajr 89: Ayat 15)
وَأَمَّآ إِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهٰنَنِ
“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, Tuhanku telah menghinaku.” (QS. Al-Fajr 89: Ayat 16)
كَلَّا ۖ بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
“Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim,” (QS. Al-Fajr 89: Ayat 17)
Ayat di atas menerangkan bahwasanya Allah Ta’ala menguji hamba-Nya dengan memberikan kenikmatan dan melimpahkan rezeki atasnya. Allah Ta’ala juga menguji manusia dengan sempitnya rezeki. Keduanya adalah ujian dan cobaan.
Kemudian Allah Ta’ala menyanggah atas anggapan orang bahwa terbukanya pintu rezeki dan melimpahnya harta adalah bukti Allah memuliakannya, dan sempitnya rezeki pertanda Allah menghinanya. Allah menyanggah anggapan itu, “Sekali-kali tidak demikian!”
Yakinlah, anggapan orang-orang itu tidaklah benar. Terkadang Allah menyiksa dengan nikmat-Nya dan memberikan nikmat dengan cobaan-Nya.
Oleh karena itu, anggapan orang yang mengatakan apabila seseorang diberi kekayaan harta yang melimpah pasti hal itu pertanda Allah memberikan kebaikan kepada dirinya adalah tidak benar. Sebab, kekayaan itu sendiri merupakan bentuk ujian dari Allah. Lulus atau tidaknya seseorang akan terlihat sejauh mana ia mempergunakan hartanya di jalan Allah. Berapa banyak orang yang celaka karena diuji dengan kekayaan!
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia