Kebebasan Ustaz Abu dan Masa Depan Gerakan Islam
Ustaz Ba’asyir punya reputasi itu terbukti dengan nasihat beliau berupa tulisan berupa surat maupun buku yang ditujukan kepada KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur), Hamzah Haz, Megawati, Ketua MPR RI, Ketua MA, Jaksa Agung, Ikhwanul Muslimin dan PKS, bahkan surat untuk internasional ditujukan George Bush, Thein Sein Presiden Myanmar, dan Beniqno Aquino dengan nasihat baik persoalan dalam dan luar negeri (Baca buku: Pemikiran Politik Abu Bakar Ba’asyir)
Kedua, potensi hambatan-hambatan yang bisa terjadi bisa dari Ustaz Ba’asyir sendiri. Usia yang sudah sepuh 82 tahun dan kondisi fisik yang tidak prima membuat Ustaz Ba’asyir harus mulai menghitung langkah yang paling efektif yang dilakukannya dalam membangun kekuatan dan gerakan umat Islam.
Silaturahim tokoh ormas Islam, orpol Islam dan tokoh dan elemen bangsa yang mendukung gerakan umat Islam kelihatannya menjadi opsi yang paling bagus yang harus dilakukan Ustaz Ba’asyir. Selain membangun ukhuwah dan perspektif perjuangan Ustaz Ba’asyir mempunyai tugas mencairkan hubungan dan stigma negatif disebagian ormas dan elemen Islam terhadap beliau dengan isu yang dilempar musuh Islam seperti tokoh radikal dan teroris menjadi PR untuk Ustaz Ba’asyir, selain juga menulis buku untuk jadi pegangan generasi muda.
Selain itu Ustaz Ba’asyir juga mempunyai tugas untuk meng-create generasi pemimpin umat berikutnya melahirkan tokoh-tokoh muda yang memiliki ilmu dan semangat perjuangan yang kuat. Dai dan tokoh muda Muhammadiyah seperti Bachtiar Nasir, tokoh FPI Munarman, atau bahkan anak biologis beliau sendiri Abdurochim Ba’asyir yang menjadi Juru bicara Jamaah Anshar Syariah (JAS) dan Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) yang humble namun memiliki ketegasan tersendiri. Pertemuan dengan tokoh-tokoh muda ini kelihatannya akan menjadi isu strategis untuk kepemimpinan gerakan Islam berikutnya.
Ketiga, generasi takfir tantangan berikutnya dari Ustaz Ba’asyir adalah bagaimana beliau membatasi ruang untuk bertemu dengan generasi ghuluw fi takfir yang kemarin berhasil memamfaatkan Ustaz Ba’asyir untuk berbaiat dengan ISIS, karena ketidaktahuan Ustaz Ba’asyir terkait informasi sebenarnya terkait ISIS dan keadaan di Iraq dan Suriah. Generasi ghuluw fi takfir ini hari ini kehilangan tokoh yang bisa dijadikan ikon perjuangan, dan berusaha mengambil kembali Ustaz Ba’asyir agar menjadi pemimpin mereka di luar skenario gerakan intelijen berikutnya yang perlu diwaspadai.
Kebebasan dan kehadiran Ustaz Abu Bakar Ba’asyir setidaknya menjadi ruh dan semangat tersendiri untuk gerakan Islam dimana kepemimpinannya mulai berusaha diamputasi.