RESONANSI

Kekuasaan untuk Harapan Palsu (KUHP)

Sampai saat pernikahan pun harus dijaga 10. 800 personal keamanan pasukan tentara dan kepolisian. Sinyal untuk menjaga keramahtamahan. Atau justru sebaliknya, ada ya suatu ketakutan yang luar biasa?

Makanya, revolusi mental yang disiarkannya lantang sama dengan revolusi moral atau akhlak, yang juga sama percumanya jika itu sebatas berada terkunkung dan tercekat di ruang dalam kerongkongan atau tenggorokannya saja. Bukan dibenamkan dalam-dalam di dalam kalbu hati: agar tetap melekat hingga menjadi inspirasi rasa empati?

Kalaupun ada inspirasi rasa empati itu sebagai turning point, balik lagi hanya untuk kepentingan instan: melempar bungkusan dari mobil kebesaran kekuasaannya, membungkus sembako di goody bag plastik dihiasi foto diri, padahal dibiayai uang negara.

Atau membagi BLT cuman secuil jumlah dan batas waktu dengan banyak salah sasaran pula peruntukkannya. Itupun sebagian hangus di jalan, karena “teganya” masih juga harus dikorupsi oleh anak-anak buahnya.

Kalau pun agak layak, itu harus ada bencana besar dulu, gempa bumi, tsunami, banjir bandang atau puting beliung yang membuat rakyat harus menjerit histeris menangis tak terperi.

Padahal, jika dilapisi dan disadari oleh keyakinan iman, itulah sebagian tanda-tanda sebagai “azab” yang diberikan Allah SWT kepadanya melalui bala-bala tentaranya itu.

Dan ketika azab itu datang melanda takkan terelakkan tidak saja orang kafir, munafik dan miskin yang menimpanya, tetapi orang-orang baik dan kebaikan akan dikorbankan dan terkorbankan pula.

Itulah, kebijakan yang dihasilkan revolusi mental tempe dan kerupuk atau revolusi mental kaleng-kalengan alias KW-KW-an. Yang kemudian menjadi teramat mudah disogok, diiming-imingi dan dikonspirasi kelompok oligarki korporasi konglomerasi. Padahal,negeri ini kue ekonomi 80% sudah dikuasai mereka.

Di sinilah mulai ditemukan jika harga diri kedaulatan rakyat, negara dan bangsa sudah terbeli, nyaris tak tersisa, tidak ada lagi,alias zonk juga.

Karena kepemimpinan seorang pemenang Presiden —yang sudah jelas hanya memberikan harapan palsu, pantas saja hanya dihargai kurang dari 100 triliun oleh oligarki.

Dan oligarki yang sudah memberikan “kursi singgasana istana” itu akan meminta kompensasi bak “tanggung rente” itu tanpa batas, karena memang mereka tak mau dibatasi.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button