Kemenangan Hakiki, Ketika Mudik dalam Dekapan Sang Khaliq
Orang yang sesat, yang dalam istilah agama disebut Dhallun, yaitu orang yang tidak sanggup kembali ke Asal. Dalam makna lain, dhallun adalah mereka yang tidak sanggup kembali kepada Allah, karena tidak pernah mencoba membangun hubungan yang baik dengan Allah AwJ melalui Ibadah. Maka, salah satu unsur penting takwa adalah Zikir, yang merupakan wujud keinginan kembali kepada Allah AwJ.
Dengan zikir, kita menyadari hadirnya Allah dalam hidup kita, Allah selalu hadir bersama kita. Allah adalah Wujud yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. “Allah senantiasa bersama kalian di mana pun kalian berada. Allah senantiasa mengawasi apa saja yang kalian lakukan.” (QS XXVII, al-Hadid [57]. 4). Ayat lain menyebutkan, “Ke mana pun kamu menghadap, disitulah wajah Allah.” (QS I, al-Baqarah [2]. 115).
Kalau kita menyadari hadirnya Allah AwJ dalam setiap detik kehidupan kita, maka kita akan dibimbing ke arah budi pekerti yang luhur, ke arah Akhlaqul Karimah, akhlak yang mulia. Dalam sebuah riwayat Nabi SAW menyatakan, “Tahukah kalian apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk sorga? Yaitu bertakwa kepada Allah dan berbudi pekerti luhur.” (H.R. Ahmad).
Inilah bagian yang sangat penting dari Takwa dan yang menjadi tujuan shaum Ramadhan yang harus kita tumbuhkan dalam diri hingga 11 bulan kemudian dengan paradigma Shaum Sebulan Imsak Setahun. Menurut Nabi Saw, Akhlaqul Karimah adalah Standar Mutu Kehidupan orang-orang beriman, sebagai manifestasi dari Takhallaqu Bi Akhlaqil Qur’an (068.004). meneladani Akhlak Nabi SaW (033.021).
Semua itu tidak terjadi begitu saja. Meskipun benih Takwa ada dalam ruhani kita yang paling dalam, tetapi sebagaimana semua bakat yang secara laten ada dalam diri kita, hanya akan berkembang kalau dilatih dan ditumbuhkan. Sama dengan potensi kecerdasan. Sejak kecil kita mempunyai bakat untuk belajar dan memahami sesuatu. Akan tetapi, kita tetap memerlukan pendidikan, khususnya Pendidikan Islam untuk betul-betul mengembangkan kecerdasan yang mencakup Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spritual.
Sejak kecil kita mempunyai bakat cinta kepada sesama manusia. Tetapi, itupun baru tumbuh menjadi sikap yang mapan apabila dikembangkan melalui latihan dan pendidikan. Sejak lahir, kita pun punya benih keinginan kembali ke dalam dekapan Ilahi Rabbi, Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Itu pun harus dilatih terutama melalui Shaum Ramadhan yang utuh, lengkap dengan berbagai ibadah pendukung seperti Shalat Fardhu, Shalat Tarawih, Tadarus Qur’an, Sedekah, I’tikaf, Zakat Fitrah, Zikir dan Doa yang diajarkan agama. Sehingga Paket Ramadhan kita lengkap dan potensi Takwa kita benar-benar manifest.
Ada dua kemenangan sekaligus dua kegembiraan bagi orang yang mengerjakan shaum:
Pertama: Pertama kemenangan yang bersifat Sementara, kemenangan yang bernuansa kegembiraan yaitu ketika ifthar magrib setiap hari, dan Yaumil ‘Idil Fithri kegembiraan pada Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal.
Khusus nuansa kegembiraan pada hari raya ini, tidak hanya dirasakan oleh mereka yang melaksanakan shaum Ramadhan, orang yang tidak shaum pun tidak kalah gembiranya terlebih para pengusaha yang telah meraup keuntungan yang sangat besar dari berkah Ramadhan.
Kedua: Sedangkan kemenangan yang kedua, adalah Kemenangan yang Hakiki yaitu ketika Yaumil ‘Idil Fithri ‘inda Liqa`i Rabbihi, saat sejatinya Mudik ke Kampung Halaman nenek moyang kita Adam dan Hawwa di Jannatun Na’im, Pulang ke haribaan Allah AwJ Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, Mudik dalam dekapan Sang Khaliq dengan hati yang ridha, putih bersih karena telah berhasil menunaikan ibadah Ramadhan dengan bilangan yang cukup dan lengkap, kemudian masuk surga melalui pintu ar-Rayyan. Kemenangan yang Hakiki ini berdasarkan Imanan Wahtisaban! Dalam Qur’an Suci surat al-Fajr disebutkan seruan pemungkas Allah AwJ sebagai wujud terpenuhinya Janji Primordial saat di Alam Ruh.