SUARA PEMBACA

Kenaikan Harga BBM dan Pengelolaan Pemerintahan yang Buruk

Pemerintah hari ini, Sabtu, 3 September 2022 resmi menaikkan harga BBM pertalite dari Rp7.600 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp5.000 menjadi Rp6.800 dan Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter. Kenaikan BBM dilakukan pemerintah di hari libur kerja agar tidak mendapatan aksi dan gelombang penolakan yang besar dari masyarakat.

Sebelum pemerintah menaikkan harga BBM aksi penolakan terhadap rencana kenaikan BBM telah dilakukan oleh berbagai elemen mahasiswa dan masyarakat. Mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) melakukan aksi penolakan tersebut, elemen buruh pun turun ke jalan untuk memprotes rencana kebijakan pemerintah tersebut. Namun pemerintah sepertinya sudah buta dan tuli tidak mendengarkan aspirasi dan keluhan rakyat, dan tetap menaikkan harga BBM.

Kebijakan Pemerintah menaikkan BBM ini setidaknya menggambarkan beberapa poin:

  1. Pemerintah tidak memiliki empati terhadap rakyat.

Rakyat hari ini pasca pandemi Covid-19 dua tahun mengalami kondisi ekonomi yang sulit, PHK besar-besaran menimpa para buruh, tingkat pendapatan ekonomi rakyat yang rendah sehingga daya beli rakyat berkurang, tentu kenaikan harga BBM menjadi pukulan yang sangat berat untuk masyarakat setelah sebelumnya harga minyak goreng dan telur juga naik.

  1. Partai pendukung pemerintahan gagal berpihak kepada rakyat.

Dinamika partai politik yang konon katanya akan memperjuangkan nasib rakyat seperti janji-janji yang mereka sampaikan ketika tahun-tahun pemilu hari ini telah gagal memberikan bukti bahwa mereka berpihak kepada rakyat dan menjadi tempat aspirasi rakyat.

Hari ini partai-partai tersebut hanya menjadi “cap stempel” untuk melegalkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat bahkan menzalimi rakyat. Suara yang dulu lantang meneriakkan akan menyalurkan aspirasi rakyat hari ini menjadi suara yang fals yang tidak layak untuk didengarkan

  1. Pemerintah gagal mengelola pemerintahan.

Kenaikan harga BBM ini membuka mata rakyat bahwa pemerintah gagal mengelola pemerintahan. Pemerintahan selalu beralasan bahwa tindakan menaikkan harga bahan pokok dan menaikkan BBM merupakan langkah yang terpaksa dilakukan untuk menjaga kestabilan roda pemerintahan, padahal kita sama-sama tahu dan mengerti bahwa masih banyak sumber pendapatan yang bisa pemerintah ambil selain tindakan dan kebijakan yang memberatkan rakyat.

Uang yang digondol oleh para koruptor ke luar negeri, pajak yang sengaja tidak dibayarkan oleh para cukong dan oligarki, uang yang beredar dari bisnis para mafia di Indonesia (kasus Sambo) salah satunya, pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang dikuasai oleh oligarki menjadikan Indonesia terjerumus dalam kemiskinan yang tersistem.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Rokhmin Dahuri ketika berbicara dalam kuliah umum di Universitas Malaysia Terengganu (UMT) mengatakan, potensi kelautan memiliki kekuatan besar dan menjadi tulang punggung kesejahteraan dan sumber kehidupan bagi masyarakat global, dan hari ini pemerintah gagal memamfaatkan potensi kelautan di Indonesia dan potensi sumber daya alam (SDA) lainnya untuk kesejahteraan rakyat. Wallahu a’lam.

Indra Martian, Ketua Bidang Politik dan Hubungan Kelembagaan Jamaah Ansharu Syariah

Artikel Terkait

Back to top button