#Lawan IslamofobiaNUIM HIDAYAT

Kenapa Masjid Kampus Kini Diawasi Ketat?

Kembali ke acara di Hotel Ibis itu. Disitu dipresentasikan bahwa 10 Perguruan Tinggi Negeri tempat asal mahasiswa yang dijadikan penelitian Setara Institute itu adalah UI, UNAIR, Universitas Brawijaya, ITB, UNY, UGM, UNRAM, IPB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Hasilnya diantaranya : Peneliti merangking10 peringkat kampus dalam kategori ‘Fundamentalisme Pendirian Beragama Responden’. Semakin atas peringkatnya maka semakin fundamentalislah mahasiswanya (bukan kampusnya):

  1. UIN Bandung
  2. UIN Jakarta
  3. UNRAM
  4. IPB
  5. UNY
  6. UGM
  7. Universitas Brawijaya
  8. ITB
  9. UNAIR
  10. UI

Apakah kebijakan beberapa kampus yang kini cukup ketat terhadap aktivis masjid karena pengaruh penelitian Setara Institute ini (Setara Institute melakukan beberapa kali penelitian tentang radikalisme)? Mungkin. Seperti diberitakan di media massa bahwa pendiri Setara Institute cukup akrab dengan Mendagri Tjahjo Kumolo.

Maka tidak heran kemudian Lembaga Dakwah Kampus Salam UI tidak boleh menempati sekretariatnya di Masjid UI lagi. Ia dipindahkan ke Pusgiwa (Pusat Kegiatan Mahasiswa). Rektor UGM melarang Masjid Kampusnya mendatangkan Ustadz Abdus Somad dan lain-lain.

Tumbuh dan berseminya kegiatan di masjid kampus sebenarnya telah mulai sejak 80an. Saat itu dianggap bahwa pemikiran-pemikiran Islam yang dibawa para ulama Timur Tengah mewarnai kampus-kampus itu. Banyak para peneliti, baik di luar negeri dan dalam negeri yang mengamati perkembangan maraknya dakwah Islam di kampus-kampus negeri saat itu.

Lulusan-lulusan dari kampus-kampus ternama itu kini banyak yang berpengaruh di masyarakat. Ada yang menjadi dosen, peneliti, direktur perusahaan, pejabat negara dan lain-lain. Dan Indonesia pun aman-aman saja dengan banyaknya alumni masjid kampus yang jumlahnya ribuan itu. Mungkin saja dari alumni masjid kampus ini ada yang berbuat salah —sebagaimana tiap kumpulan ada perilaku yang menyimpang- tapi mayoritas mereka adalah orang-orang yang peduli terhadap bangsanya.

Mereka telah berbuat dan ingin Indonesia ini menjadi negara besar, Indonesia ini menjadi adil makmur.

Pertanyaannya jadi kenapa kini para rektor seperti paranoid terhadap aktivis masjid kampus? Apakah ada tekanan dari atas? Atau mereka kini termakan racun-racun pemikiran yang dihembuskan kaum Islamofobia bahwa pemuda-pemuda yang Islamis di kampus itu membahayakan kampusnya dan membahayakan negeri ini?

Padahal bila rektor mau merenung, pemuda-pemuda yang cinta kepada masjid itulah yang menjadi harapan bangsa ini. Pemuda-pemuda seperti itulah yang akan membuat Indonesia Adil dan Makmur. Karena mereka ingin meneladani Rasulullah saw yang membuat sebuah bangsa yang dulunya suka berperang antar suku, bodoh, tidak diperhitungkan dunia, dengan ‘polesan tangan’ beliau menjadi bangsa yang hebat dan diperhitungkan dunia. Mereka ingin meneladani Rasulullah, manusia yang terhebat dalam sejarah manusia.

Apakah pejabat kampus mengharapkan mahasiswa-mahasiswa Islam yang tidak cinta masjid? Tidak shalat? Tidak mengamalkan syariat Islam? Bila ia, berarti yang bermain di kampus kini adalah kaum Islamofobia. Bila tidak, maka pejabat di kampus harus mengoreksi kebijakannya kembali. Dan merenungkan sebenarnya apa yang diharapkan dari pendidikan di kampus ini. Apa yang dicita-citakan untuk Indonesia ke depan. Dan lebih jauh apa yang dicita-citakan setelah kehidupan dunia ini.

Menarik bila kita renungkan petikan syair cendekiawan terkemuka Pakistan Mohammad Iqbal yang berjudul ‘Hikmah Firaun’:

“Kearifan umat beriman telah kulepaskan
Kini kupelajari kearifan umat yang murtad
Kearifan umat yang murtad adalah kebohongan dan tipu muslihat
Apakah kebohongan dan tipu muslihat? Perusak jiwa dan penegak tubuh
Inilah kearifan yang membebaskan diri dari tali iman
Dan tersesat jauh dari rumah Cinta
Orang-orang yang mengikuti jalan Firaun ini
Berfikir seperti budak mengikuti majikannya
Dengan cara yang memikat pendeta dan ulamanya
Kesatuan umat dipecah belah dengan program pembeoannya
Tak ada yang berani menentang kecuali Musa dan tongkatnya
Malanglah umat yang terperangkap tipu muslihat golongan lain
Yang menghancurkan diri sendiri dan membangun untuk kepentingan umat lain…”

Nuim Hidayat
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kota Depok

Laman sebelumnya 1 2
Back to top button